Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
BEKERJA sebagai juru parkir dengan penghasilan sekitar Rp1,5 juta per bulan tidak menghalangi panggilan hati Puger Mulyono untuk merawat anak-anak penyandang HIV/AIDS.
Semua bermula pada 2012, saat Puger mengikuti pelatihan pendampingan untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Kala itu ia mendapatkan informasi dari rumah sakit ada seorang bayi positif AIDS dan pihak keluarga tak mau merawatnya. Puger dan beberapa temannya segera mendatangi keluarga itu.
Mereka melihat kenyataan si bayi yang ditaruh begitu saja di lantai dan tidak dimandikan selama tiga hari.
Kedua orangtua bayi tersebut sudah meninggal dan keluarga lainnya tidak ada yang mau merawat.
Permintaan Puger dan teman-temannya disetujui.
Setelah itu, banyak keluarga ODHA lain yang menjadikan Puger sebagai rujukan.
Tak hanya warga sekitar Jawa Tengah, bahkan hingga warga Papua datang untuk menitipkan ODHA.
"Ada juga yang kami temukan di hutan dan kandang ayam karena keluarga takut tertular jika berdekatan bahkan merawat ODHA. Padahal, mereka anak-anak, keinginan saya mereka itu bisa terpenuhi hak-haknya dan tercapai cita-citanya saat dewasa nanti," kata Puger yang dulunya merupakan preman di kawasan Tanah Abang dan Melawai.
Bantuan
Perjalanan Puger merawat ODHA tak mudah.
Ia kerap kali diusir warga karena ketakutan menularkan penyakit bahkan dari pakaian yang sedang dijemur.
Meskipun ia sering diusir, nyatanya ada saja pertolongan dari orang baik agar niatnya tersebut tetap berjalan.
Yunus merupakan salah seorang yang membantu Puger dan teman-teman untuk bisa mengontrak rumah selama dua tahun.
Bahkan Yunus menjual sepeda motor agar bisa digunakan untuk membangun yayasan yang bernama Yayasan Rumah Lentera di Surakarta dan memiliki rumah kontrakan.
Bantuan dari Pemerintah Kota Surakarta perihal fasilitas sarana, kata Puger, pernah akan diberikan.
Namun, lagi-lagi ada penolakan dari warga setempat akan yayasannya yang mengasuh ODHA.
Puger dan teman-teman juga istrinya yakin apa yang mereka lakukan tidak akan melukai atau menularkan hal buruk bagi mereka.
Ia tetap berkukuh mengasuh anak-anak, seperti mengantar sekolah, menyuapi makan dan obat, hingga menggendong anak yang masih bayi.
"Operasional sehari-hari ya dari pendapatan kami yang disisihkan, serta patungan dengan teman-teman yang bekerja di Yayasan Mitra Alam, gaji kami dipotong untuk biaya hidup anak-anak," imbuh laki-laki berusia 42 tahun itu.
Bagi Puger, apa yang ia lakukan sangat membuat dirinya bahagia dengan menolong orang lain.
Ia pun beranggapan kegiatan ini sengaja diberikan Tuhan sebagai pengganti dari pekerjaan tidak baik yang dahulu pernah dilakukannya.
(M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved