Dulu Kusir Delman, Kini Perawat

Wnd/M-4
03/6/2017 03:01
Dulu Kusir Delman, Kini Perawat
(MI/Sumaryanto)

PEKERJAAN sebagai kusir delman membuat Marsan berkali-kali melewati jalan yang sama untuk menjemput penumpang dan mengajaknya berkeliling.

Tak pelak ia melihat seorang pria dekat tempat pembuangan sampah sedang asyik menyantap makanan dari dalam keresek yang dikerubungi banyak lalat.

Kejadian itu membekas dan membuatnya tak bisa tidur sesampainya di rumah.

Hingga akhirnya, Marsan membawa pulang, membersihkan tubuh, serta mengganti pakaian orang tersebut.

Seusai membawanya pulang ke rumah, rupanya Marsan tetap tidak bisa tidur.

Ia khawatir orang tersebut akan kabur dan masuk ke rumah tetangganya.

Ia berkelakar dirinya takut disebut bibit orang gila sehingga ia pun menjagai orang dengan gangguan jiwa tersebut dan berpesan kepada istrinya untuk ikut mengawasi saat dirinya pergi bekerja.

Selama tiga bulan, orang dengan gangguan jiwa yang berasal dari Karawang itu ikut beraktivitas dengan Marsan.

Ia diajak serta mencari rumput untuk kuda meskipun tetap ada rasa takut karena baru pertama kali dirinya merawat orang dengan gangguan jiwa.

"Akhirnya dia bisa bicara, berulang kali saya tanya hal yang sama jawabannya juga sama. Saya beri ongkos dia untuk pulang, serta catatan nama dan alamat saya. Lalu dia kembali datang ke saya membawa orangtuanya, rupanya dia sudah ditahlilkan karena dianggap sudah meninggal sejak lima tahun lalu. Sejak itu saya merasa bahagia karena bisa membuat orang lain bahagia," tukas Marsan.

Kini, ia sudah mendirikan panti rehabilitasi untuk pengidap disabilitas mental di Kampung Pulo, Desa Sumber Jaya, Kabupaten Bekasi, Yayasan Al Fajar Berseri, dengan jumlah penghuni sebanyak 211 pasien.

Sebanyak 16 tenaga relawan sukarela turut serta membantu Marsan mengelola yayasan, pun dengan pasien yang sudah sembuh diajak untuk ikut bekerja bersama.

Salah satunya Ibu Sondang yang kini bertugas sebagai petugas masak untuk penghuni panti. Wajahnya berseri, ia merasa kini hidupnya sudah sehat dan bahagia.

Kebahagiaan yang dirasakan Marsan kini menjadi obat luka di masa lalu.

Ia bercerita dahulu ia harus berjualan minyak pikul dan angon bebek agar bisa membiayai sekolahnya sendiri.

Orangtuanya tidak perhatian pada sekolah dan seperti kebanyakan anak di desanya, ia disuruh bekerja saja dengan orang kaya.

Karena itu, ia tidak mau lepas menolong orang agar bisa bahagia meskipun kondisi ekonomi terkadang tidak sejalan.

"Ingin terus mengurus saudara-saudara seperti ini, kalau dikasihnya sampai 200 tahun ya 200 tahun. Namun kalau besok meninggal, sudah banyak penggantinya. Harapan saya bisa terus seperti ini, banyak masyarakat peduli. Saya enggak pakai obat, hanya ajak mereka terus beraktivitas saja setiap hari," pungkasnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya