Penanganan Manula Dimulai dari Puskesmas

Richaldo Y Hariandja
30/5/2017 08:56
Penanganan Manula Dimulai dari Puskesmas
(Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eni Gustina. -- MTVN/Intan Fauzi)

LONJAKAN penduduk usia lanjut perlu diperhatikan, hal ini akan terjadi di Indonesia setelah bonus demografi. Saat ini jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia mencapai 24,2 juta jiwa, jumlah ini diperkirakan akan melonjak hingga 80 juta jiwa pada 2050.

Selain memberikan imbauan terkait dengan hidup sehat kepada generasi muda agar dapat menjadi manula yang tidak menderita penyakit, pemerintah juga menyatakan tengah mempersiapkan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Santun Manula. Sebanyak 2.432 dari 9.700 puskesmas di seluruh Indonesia, ramah bagi para manula. “Jumlah ini meningkat dari 824 di tahun sebelumnya,” ucap Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eni Gustina saat ditemui Media Indonesia dalam konferensi Pers terkait dengan Hari Lanjut Usia Nasional yang diadakan di Gedung Kemenkes, di Jakarta, kemarin.

Dalam puskesmas tersebut, lanjut dia, pelayanan kepada manula difokuskan dalam konsep one stop services sehingga manula tidak perlu berjalan mondar-mandir atau terlalu jauh mulai dari pendaftaran, pemeriksaan, hingga pengambilan obat. Selain itu, sarana dan prasarana seperti toilet juga dikemas agar memudahkan para manula beraktivitas.

Akan tetapi, belum ada standar baku yang menjadikan definisi puskesmas santun manula bervariatif. “Kami sedang susun pedomannya supaya lebih tertata lagi integrasi di puskesmas,” imbuh Eni.

Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Anung Sugihantono dalam kesempatan yang sama menyatakan manula menjadi tantangan dan potensi. Untuk itu, mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari para manula merupakan hal yang penting.

Salah satu aktivitas yang dapat dijalankan para manula ialah dengan pemberdayaan. “Saya melihat jika manula kita ini adalah orang-orang yang berhasil mengubah paradigma anak banyak menjadi anak sedikit. Untuk itu, kita harus bisa menjadikan mereka motivator di lingkungan mereka,” ucap Anung.

Rumah sakit
Anung menyatakan untuk me­maksa rumah sakit (RS) menjadi santun manula, sulit dilakukan. Pasalnya, ada beberapa alasan terkait dengan akreditasi internasional yang membuat RS memiliki aturan sendiri.

Meskipun demikian, dirinya akan mengusahakan agar RS rujukan nasional dapat menjadi RS santun manula. “Beberapa RS rujukan nasional memang sudah memiliki bangsal dan ruangan khusus manula juga, bahkan ada spesialisnya juga,” imbuh dia,

Di kesempatan yang sama, Ketua Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi) Siti Setiati menyatakan manula memiliki masalah penyakit yang kompleks dan juga gangguan psikiatrik. Untuk itu, penanganannya harus dilakukan secara interdisiplin.

Menurutnya, tidak bisa lagi satu manula ditangani dokter berbeda.“Semua harus dijalankan secara tim. Jadi jika memang dia ada sakit komplikasi, dokternya harus menangani secara tim, agar tidak lagi ada satu manula yang mengonsumsi sampai 20 obat,” ucap dia.

Saat ini, lanjut dia, RS Cipto Mangunkusumo menjadi salah satu RS yang memiliki tim interdisiplin tersebut menangani manula. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya