Dari Akses hingga Media Sosial

21/5/2017 07:20
Dari Akses hingga Media Sosial
(Grafis/Caksono)

POTENSI pemuda untuk mengembangkan desa sangat besar, apalagi dengan dukungan program dana desa di era pemerintahan Joko Widodo dan dukungan teknologi dalam membuka akses serta kesempatan itu.

Pengamat industri kreatif Rhenald Kasali melihat salah satu contoh nyata di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Bupatinya dan anak-anak mudanya mengembangkan pariwisata hingga menjadi ikon wisata Gua Pindul yang terkembang dengan dukungan media sosial. “Dengan adanya akses, mereka tidak harus mencari pekerjaan dengan pergi ke kota, karena apa yang mereka lakukan di desa ini bisa dibuka dengan media sosial sehingga pemuda itu bisa melakukan pembaruan di desa. Seperti Gua Pindul sebelumnya itu sesuatu yang sudah ada, tapi tidak diperbarui, tidak dikenalkan, dan tidak dibangun,” lanjutnya.

Banyak cara yang bisa dilakukan kaum muda dengan memanfaatkan media sosial. Salah satunya mencegah urbanisasi. “Sekarang, kan, anak-anak muda senang melakukan social entrepreneurship. Jadi, mereka percaya berpartisipasi dalam perubahan sosial, gotong-royong dengan adanya sharing economy. Itu banyak saya lihat sehingga bangkitlah niat-niat para pemuda pemudi kita untuk melakukan perubahan. Jadi dengan adanya dunia dotcom (IT) dan sharing economy dengan bergotong royong itu membuat mereka bisa merdeka dari kungkungan masa lalu,” imbuh Rhenald.

Di tempat berbeda, Kepala Pusdiklat Badan Pusat Statistik (BPS), Razali Ritonga, mengatakan fenomena pemuda membangun desa hanya akan memperlambat urbanisasi. Namun, percepatan kemajuan desa harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur dan peningkatan SDM di desa.

Sementara itu, Kepala biro Humas Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi, Fajar Tri Suprapto, menjelaskan secara spesifik, kegiatan kepemudaan di desa berangkat dari komitmen desa itu sendiri. Kementerian PDTT, kata Fajar, akan mendukung. “Hal itu diwujudkan dengan pola rekrutmen pendamping desa yang juga mengajak partisipasi pemuda desa untuk berkontribusi membangun desanya. Basisnya pemuda asli kecamatan daerah tersebut, lalu penempatan di lokasi-lokasi tersebut. Tentu hal itu kita utamakan agar ada ‘kedekatan’ batin dan kultural pendamping desa dengan wilayahnya,” jelas Fajar kepada Media Indonesia, Kamis (18/5).

Sejurus dengan Renald, Fajar melihat pengundian media sosial di kalangan anak muda desa yang peduli pada pembangunan daerah kian gencar. Selain itu, banyak akun karang taruna yang juga aktif dalam memperhatikan perkembangan pembangunan di desa. “Sekarang yang juga sangat penting ialah dorongan dan ajakan Kemendes PDTT kepada para pemuda untuk bersama mengawal dana desa dan empat program prioritas pembangunan desa. Pertama, menentukan produk unggulan desa dan kawasan perdesaan. Kedua, mengembangkan Bumdes. Ketiga, membuat embung air desa. Keempat, membangun sarana olahraga desa. Kami tentu ingin mengajak semua untuk bersama bergerak demi kesejahteraan desa. Sebagaimana yang Pak Menteri sampaikan, semuanya tentu akan menjadi daya bangkit ekonomi desa,” lanjut Fajar.

Semakin berkembangnya desa-desa dengan mengutamakan potensi unggulannya, kata fajar, akan menstimulasi perputaran perekonomian desa. Hal itu tentu juga akan mendorong lapangan pekerjaan baru di desa.

“Kami juga terus mendorong desa-desa melahirkan entrepreneur-enterpreneur muda. Bumdes dapat menjadi daya ungkit ekonomi di desa-desa yang dapat dimanfaatkan bersama. Adanya hal-hal baru yang produktif di desa tentu akan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemuda-pemuda desa di sana,” pungkas Fajar. (Riz/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya