Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
UNDANG-UNDANG Sistem Perbukuan Nasional baru saja disahkan, tepatnya di akhir April lalu. Aturan itu seakan menjadi kado terindah untuk Peringatan Hari Buku Nasional yang jatuh pada hari ini.
Dengan lahirnya regulasi khusus buku tersebut, ada asa yang membuncah agar masyarakat semakin cinta membaca. Salah satu amanah UU itu ialah penyediaan buku sebagai salah satu sumber pengetahuan secara murah, bermutu, dan merata ke seluruh pelosok Indonesia. Agar murah, perlu ada alternatif bahan baku untuk pencetakan buku. Bahan baku buku merupakan sumber utama yang membentuk harga jual.
"Karena itu, ke depan para penerbit dan percetakan harus cerdas. Ketika melakukan penerbitan harus mencari sejumlah alternatif supaya harga terjangkau atau bisa juga penerbit melakukan diversifi kasi produk. Jadi, ada yang disediakan dengan harga murah, tapi tetap bermutu," kata Wakil Ketua Komisi X DPR Ferdiansyah, kemarin. Politikus Golkar yang mengawal komisi bidang pendidikan itu menegaskan harga buku diutamakan lebih terjangkau bagi masyarakat di daerah. Supaya penyebaran buku murah berkualitas merata di seluruh wilayah Indonesia, Ferdiansyah mendukung upaya digitalisasi buku menjadi e-book. Ini membantu masyarakat perkotaan lebih mudah mengakses buku. Namun, untuk masyarakat daerah, kemudahan akses terhadap buku perlu digalakkan lewat pembukaan toko buku di setiap kabupaten/kota.
Saat ini toko buku masih lebih banyak berada di ibu kota provinsi. Meski begitu, kita masih berhadapan dengan rendahnya literasi masyarakat. Mengutip data yang dikeluarkan Perpustakaan Nasional, saat ini masyarakat Indonesia yang membaca buku hanya satu dari 1.000 penduduk. Artinya, hanya 250 ribu orang yang membaca buku dari 250 juta penduduk Indonesia. "Di Indonesia, satu orang hanya membaca satu buku selama satu tahun. Di negara berkembang lain, satu tahun tiap warganya membaca minimal 15 buku. Ini yang miris. Karena itu, kampanye Gemar Membaca yang dimotori Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak boleh berhenti sama sekali," tandasnya. Studi lain menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Berdasarkan studi Most Littered Nation in the World yang dilakukan Central Connecticut State University pada Maret 2016, minat baca rakyat Indonesia berada di posisi ke-60 dari 61 negara. Karena itu, peran guru secara khusus disoroti Kepala Pusat Perbukuan dan Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Awaluddin Tjalla. "Gurulah yang pertama menjadi model di sekolah agar peserta didik tumbuh minat dan terpacu mencintai buku. Guru perlu mengolaborasi tugas pembelajaran di sekolah dengan menugaskan peserta didik rajin membaca, menjawab pertanyaan, dan menganalisis permasalahan dari buku," papar Awaluddin.
Di sisi lain, sekolah harus menyediakan buku bacaan selain buku teks pelajaran sehingga peserta didik semakin termotivasi dalam membaca buku. Tidak hanya guru dan sekolah, Awaluddin berharap pemerintah di tingkat pusat maupun daerah perlu memfasilitasi buku bacaan dengan berbagai kebijakan dan program kegiatan. Begitu pun kalangan masyarakat berpartisipasi mendukung kesuksesan program peningkatan literasi peserta didik.
Manfaat
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan membaca buku. Wien Muldian dari Perkumpulan Literasi Indonesia mengatakan buku dapat memperkuat kapasitas dan kompetensi personal yang akhirnya berpengaruh terhadap akses pendapatan ekonomi yang lebih baik. Terbitnya Undang-Undang Sistem Perbukuan Nasional juga harus mendorong kehadiran buku-buku berkualitas, bukan sekadar ajang bagi penerbit untuk berlomba-lomba memperbanyak produksi buku. Buku yang berkualitas, lanjut Wien, juga akan membuat literasi masyarakat meningkat.
"Perayaan Hari Buku Nasional harus bisa meningkatkan partisipasi masyarakat mengenai manfaat dari buku. Misalnya dari segi literasi. Kalau literasinya tidak bertambah, hanya segitu-segitu saja, ya berarti ini cuma perayaan personal," urai Wien. Apresiasi terhadap penulis pun perlu diangkat agar semakin kreatif dalam menghasilkan buku berkualitas, bukan sekadar menulis buku. Sangat disayangkan bila buku yang hadir di masyarakat tidak menimbulkan dampak yang signifi kan terhadap kehidupan masyarakat. "Itu sisi lain setelah distribusi buku sudah bagus, yaitu membuat buku yang jelas kebermanfaatannya. Dengan kejelasan tersebut, akan lebih mudah menentukan pasar.
Dengan kualitas bagus karena penulis serius menggarap buku, dampaknya ialah percepatan penyadaran pengetahuan di masyarakat. Pemahamannya bukan hanya masyarakat bisa membaca, tapi tindak lanjut dari bacaan tersebut," tukasnya. Wien mengapresiasi gerakan pegiat literasi Indonesia yang kini sudah mulai membuka akses terhadap buku bacaan berkualitas melalui usaha mandiri. Gerakan tersebut harus bisa ditangkap pemerintah untuk menjadi bagian dari kebijakan pemerataan akses terhadap buku. Hal itu bisa diwujudkan dengan bersinergi bersama pemerintah daerah atau akademisi setempat. Jangan lupa, tugas itu sejatinya tetap menjadi kewajiban pemerintah. (Bay/S-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved