Arkeolog Prihatin Kebhinekaan Diartikan Secara Dangkal

Indriyani Astuti
16/5/2017 18:47
Arkeolog Prihatin Kebhinekaan Diartikan Secara Dangkal
(Siswa SDN Tegalkuniran melaksanakan kegiatan mewarnai gambar lambang negara "Garuda Pancasila" di Solo, Jateng. ANTARA FOTO/Andika Betha)

PARA ahli arkeologi (Arkeolog) merasa risau dengan yang terjadi akhir-akhir ini seiring dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Perbedaan yang berkaitan dengan pilihan politik mengubah perilaku masyarakat menjadi bukan seperti pribadi bangsa Indonesia. Kesimpangsiuran informasi asal-usul dan nilai budaya dijadikan isu politik pemecah belah kebhinekaan.

Dikatakan Pengurus Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) W Djuwita Sudjana Ramelan kebhinkeaan dan keberagaman rasm suku, adat dan agama yang menjadi identitas bangsa Indonesia dipeteli dan digolong-golongkan dan dikembalikan kembali ke asal-muasalnya.

"Perbedaan yang tadinya berdampingan menjadi berhadapan. Yang tadinya saling melengkapi menjadi menegasi," ujarnya dalam pembukaan seminar bertajuk 'Kebhinekaan, Warisan Budaya Nusantara dalam Tantangan Masa Kini dan Mendatang yang digelar oleh IAAI Komisaris Daerah Jakarta, Bogor Depok, Tanggerang dan Bekasi di Gedung Balai Agung, Balai Kota, Jakarta, Selasa (16/5).

Lebih lanjut, dia mengatakan hal itu terjadi karena konsep-konsep seperti toleransi, kebhinekaan, identitas dan pluralisme diartikan secara dangkal. Menurutnya pengertian yang benar atas konsep-konsep itu tidak lagi dicari dalam literatur tapi dicerna melalui tradisi lisan, obrolan di media sosial dan bukan berasal dari ahli.

"Ada pula yang menafsirkan karena kepentingan kelompok tanpa diteliti sejarahnya dengan benar," imbuh dia.

Akibatnya, toleransi yang dulu dianggap sebagai salah satu identitas kini ditanggapi sebaai keberpihakan pada yang bersebrangan pemikiran dan keyakinan.

Oleh karenanya, IAAI merasa bahwa masyarakat memerlukan pemahamanan yang benar atas konsep-konsep yang menjadi identitas budaya dan bangsa. Keberagaman di Nusantara sudah berlangsung sejak masa prasejarah hingga kini. (OL-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya