Anak-Anak kian Tersentuh Rokok

Putri Rosmalia Octaviyani
12/5/2017 18:13
Anak-Anak kian Tersentuh Rokok
(ANTARA/Eric Ireng)

EPIDEMI konsumsi rokok di Indonesia mencapai titik memprihatinkan. Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari sepertiga atau 36,3% penduduk Indonesia merupakan perokok aktif saat ini. Tidak hanya orang dewasa, perokok aktif juga telah menyentuh remaja hingga anak-anak berusia 5 tahun.

"Ini kondisinya sekarang. Sudah dilakukan berbagai program dan pencegahan tetapi jumlah perokok anak semakin meningkat," ujar Kasubdit Pengendalian Penyakit Kronis dan Degeneratif, Kemenkes, Theresia Sandra, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (12/5).

Data Kemenkes mengungkapkan, presentase perokok usia 10-19 tahun di Indonesia meningkat signifikan sejak 1995. Pada usia 10-14 tahun, pada 2013 jumlahnya mencapai 17,3% dari total perokok, naik dari 1995 sebesar 9,0%. Adapun pada usia 15-19 tahun, pada 2013 jumlahnya mencapai 56,9%, meningkat dari 1995 sebesar 54,6%.

"Tantangannya besar sekali terutama terkait masifnya iklan dan promosi dari industri rokok," ujar Theresia.

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes, Dedi Kuswenda mengatakan, kebiasaan merokok di Indonesia telah membunuh setidaknya 235 ribu jiwa setiap tahunnya. Hal itu diiringi dengan beban biaya pengobatan tinggi. Di antaranya penyakit jantung yang pada tahun 2014 menelan beban biaya pengobatan mencapai Rp8,189 triliun.

"Ini semakin menjadi ancaman terutama dengan kondisi Indonesia yang akan mengalami puncak bonus demografi pada 2035 mendatang. Dengan kondisi sekarang kita terancam tidak akan mendapat keuntungan dari bonus demografi tersebut," ujar Dedi.

Dikatakan Dedi, untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi, Kemenkes akan terus berdialog berbagai pihak, khususnya dengan DPR terkait dengan penayangan iklan rokok. Juga dengan pemda terkait kawasan tanpa rokok dan iklan rokok di ruang terbuka.

"Kami tahun ini akan mengajukan ke Kemenkumham supaya diubah aturan gambar efek merokok di bungkus bisa lebih besar. Bila saat ini 40% diharapkan 2019 sudah bisa jadi 75%," ujar Dedi.

Sementara itu, Ketua Tobacco Control Support Center, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Sumarjati Arjoso mengatakan, saat ini keseriusan semua pihak dibutuhkan dalam menekan jumlah perokok. Terutama pemda dan kepolisian setempat, misalnya untuk menerbitkan izin iklan dan acara bersponsor dan berlatarbelakang dan tema rokok.

"Ini harus bisa dihindari. Karena sesuai isi UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, semua harus berkomitmen kuat untuk melindungi masyarakatnya dari dampak negatif rokok," tutur Sumarjati. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya