Pemerataan dan Internet Harus Sejalan

Richaldo Y Hariandja
02/5/2017 09:23
Pemerataan dan Internet Harus Sejalan
(Ilustrasi -- Dok. Youtube)

PEMANFAATAN teknologi komunikasi dalam wujud internet dapat menjadi salah satu cara untuk mengembangkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian, akses telekomunikasi yang tidak merata di Indonesia turut menghambat tiap daerah untuk menikmati cara lain belajar dan mendapatkan informasi secara dalam jaringan (daring).

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar dan terluas masih memperbaiki diri dalam hal itu. Upaya tersebut menjadi pekerjaan dari semua pihak di pemerintahan ataupun sektor swasta.

“Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) serta Kominfo (Komunikasi dan Informatika) sudah ada kerja sama khusus. Begitu juga Kominfo dengan Kementerian Desa yang mencanangkan satu desa satu internet,” terang Kepala Seksi (Kasi) Kurikulum Direktorat Pembinaan SMA Kemendikbud, Sutrianto, saat ditemui Media Indonesia dalam konferensi pers Quipper bertajuk Jadikan Hardiknas Momentum Pemerataan Pendidikan Berbasis Teknologi, di Jakarta, Jumat (28/4).

Meskipun demikian, hal berbeda diutarakan pakar dan pengamat pendidikan, Itje Chodidjah, yang turut hadir dalam kesempatan tersebut. Menurutnya, memperkaya kandungan sajian program maupun produk pembelajaran secara daring lebih penting ketimbang hanya memikirkan akses terhadap internet.

Oleh karena itu, dirinya meminta pemerintah melalui tenaga pengajar dan pendidikan mampu mengembangkan kandungan yang atraktif dan mudah dipahami para siswa yang mengaksesnya. “Karena teknologi, jika berbasis pada pembelajaran dan diperkaya kontennya, akan berpengaruh pada kualitas cara belajar anak juga,” ucap Itje pada kesempatan yang sama.

Upaya pemerataan pendidikan dan internet pendukungnya, dikatakan Itje, tidak dapat dikerjakan pemerintah, dalam hal ini Kemendikbud. Dinas pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota juga harus bergerak untuk melakukan pengajaran kreatif.

“Ubah juga paradigma pendidikan agar tidak lagi mengandalkan pendidikan di dalam kelas, akses ke internet itu bagus dan yang terpenting semua harus berkembang,” ucap dia.

Melatih guru
Tenaga pengajar menjadi instrumen penting dalam hal ini. Dikatakan Itje, seluruh guru harus dapat mengubah paradigma mereka dalam mengajar agar tidak lagi monoton.

“Kemampuan guru menggunakan teknologi juga menjadi hal kunci untuk menghadirkan pengajaran yang kreatif dan atraktif,” tukas dia.

Sementara itu, Quipper, sebagai sarana belajar daring yang berjalan sejak 2015 di Indonesia, mengaku sudah membantu 2,5 juta pelajar Indonesia dalam belajar, 50 ribunya menggunakan layanan video yang diunggah mereka. Tidak hanya itu, mereka juga melatih 200 guru di lebih dari 5.000 sekolah di Indonesia.

“Kami harapkan dengan adanya layanan ini dapat membantu siswa dan guru untuk terus belajar dengan cara berbeda,” ucap PR & Marketing Manager Quipper Indonesia, Tri Nuraini, dalam kesempatan yang sama.
Akses internet, lanjut dia, ternyata tidak menjadi persoalan serius. Pasalnya pengguna Quipper merata di seluruh Indonesia.

Bahkan, dari kompetisi membuat video yang mereka adakan, banyak pemenang berasal dari luar kota besar. “Ini mengagetkan karena kami pikir hanya kota besar saja yang dapat jadi pengguna,” ucap dia. (S-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Oka Saputra
Berita Lainnya