Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
EPILEPSI atau yang dikenal sebagai penyakit ayan hingga saat ini masih ada yang menganggap sebagai penyakit kutukan ataupun mistis yang disebabkan oleh masuknya roh jahat, kesurupan. Padahal, epilepsi dalam kaca mata medis merupakan penyakit neurologi yang terjadi akibat gangguan listrik di otak karena kerusakan jaringan ataupun gejala sisa dari suatu penyakit semacam infeksi serta faktor genetik.
Manifestasi serangan yang dialami penyandang epilepsi pada umumnya juga berbeda-beda tergantung fungsi otak mana yang terganggu. Ada yang mengalami kejang atau bentuk lain semisal perubahan tingkah laku, kesadaran, serta perubahan lain yang hilang timbul baik yang terasa atau terlihat.
Berdasarkan data, sekitar 30% penyandang epilepsi sulit diobati atau dengan kata lain meski sudah menerima berbagai jenis pengobatan anti-epilepsi bertahun-tahun tapi tak kunjung mengalami banyak kemajuan. Pasien dengan kondisi demikian biasanya direkomendasikan untuk pembedahan.
Prof. Dr. Zainal Muttaqin, SpBS, PhD, konsultan bedah syaraf dari Epilepsi Center RSU Bunda mengatakan bahwa bedah epilepsi sebenarnya sudah dikenal sejak satu abad lalu. Hanya, penggunaannya mulai meningkat di era tahun 80 dan 90'an dan baru dianggap sebagai salah satu cara paling efektif untuk penyandang epilepsi.
"Kalau dulu kerap menjadi pilihan terakhir, sekarang bedah epilepsi direkomendasikan dilakukan lebih awal karena berdasarkan hasil penelitian semakin awal pembedahan hasilnya akan semakin baik," ujarnya di Jakarta.
Ada beberapa kriteria penyandang epilepsi yang sebaiknya menjalani pembedahan. Selain penyandang epilepsi parsial yang sulit dikendalikan dengan pengobatan, tindakan tersebut juga diyakini memberikan hasil yang baik pada penyandang epilepsi akibat gangguan struktur otak seperti tumor atau kelainan pembuluh darah.
Selama sumbernya diketahui, ungkap Zainal, kemungkinan bedah epilepsi yang dilakukan mampu mengurangi serangan kejang kembali terjadi pada pasien. Sebagaimana pengalaman, retara pasien bebas kejang pasca pembedahan bisa sampai 78% dibandingkan sebelumnya.
"Mengingat sebuah operasi apalagi dilakukan di otak yang sangat berisiko tidak selalu berakhir dengan kesuksesan, tentu ada banyak pertimbangan khusus sebelum melakukan tindakan pembedahan seperti misalnya seleksi pasien tadi," tukasnya.
Kemungkinan berhasil
Ia pun menjelaskan secara spesifik jenis-jenis pembedahan untuk epilepsi tergantung dari jenis penyakit. Kendati pada dasarnya pembedahan biasa dilakukan untuk menghilangkan area penyebab kejang, mengintetvensi jalur syaraf yang menyebabkan kejang, atau menanamkan alat khusus pengendali kejang.
Di samping itu, sebelum pembedahan pasien harus diberikan penjelasan mengenai risiko yang mungkin terjadi. Mulai gangguan memori dan bahasa, gangguan penglihatan, kelumpuhan, gangguan perilaku, atau frekuensi kejang yang semakin bertambah dibandingkan sebelum pembedahan.
"Karena itu pembedahan hanya dilakukan jika hasil pemeriksaan menunjukkan risiko jauh lebih rendah daripada manfaatnya," tegasnya.
Meski tak perlu khawatir bahwasanya hasil penelitian tahun 2011 yang diterbitkan jurnal Lancet telah menunjukkan, hampir separuh pasien epilepsi yang menjalani pembedahan dapat terbebas dari kejang bahkan sampai 10 tahun pasca bedah epilepsi dilakukan.
Di Indonesia, saat ini prevalensi penyandang epilepsi 6 per 1.000 orang atau sekitar 2 juta penyandang epilepsi dari total 240 juta penduduk. Terlepas dari itu, yang perlu digarisbawahi yakni terapi pasien epilepsi baik pengobatan maupun pembedahan bukan sekadar untuk mengurangi gejala kejang.
Akan tetapi, menurut Zainal, hal tersebut lantaran metode pengobatan apapun untuk epilepsi akan mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan pasien dan keluarga. Tanpa terkecuali masalah fisik, sosial, pendidikan dan karir, serta termasuk beban biaya yang konon cukup besar sehingga harus dipikirkan.
"Yang jelas, epilepsi dapat diobati dan untuk pembedahan jangan menunggu sampai pengobatan tidak berhasil melainkan justru perlu dilakukan sedini mungkin," pungkasnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved