Indonesia Butuh Dokter Khusus Penelitian

Puput Mutiara
13/4/2017 09:14
Indonesia Butuh Dokter Khusus Penelitian
(ANTARA/Agus Bebeng)

WAKIL Presiden Jusuf Kalla (JK) menyatakan Indonesia membutuhkan dokter-dokter khusus penelitian yang tidak hanya bertugas melayani pasien, tetapi juga mampu menghasilkan inovasi. Hal itu diperlukan karena perkembangan ilmu kesehatan dan kedokteran di dunia sudah semakin pesat.

Indonesia merupakan negara dengan potensi sumber daya yang besar, termasuk para dokter andal dan profesional. Karena itu, potensi tersebut perlu dimanfaatkan, terutama untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar bisa membawa perubahan di bidang kesehatan dan kedokteran di dalam dan luar negeri di masa depan.

"Dokter-dokter kita yang hebat perlu fokus pada penelitian. Tentu bisa juga dengan kombinasi antara kesibukan melayani pasien dan penelitian. Misal, lima hari kerja satu hari penelitian," ujarnya sesaat sebelum meresmikan Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di Jakarta, kemarin (rABU, 12/4).

Terlebih, menurut JK, para ahli dan profesor seyogianya akan lebih baik jika menurunkan ilmu pengetahuan lewat jalur penelitian. Dengan demikian, di masa mendatang akan banyak terobosan serta inovasi yang berguna bagi masyarakat, bahkan mungkin pula diaplikasikan bangsa lain.

Ia menekankan, keberadaan pusat unggulan iptek di lingkungan pendidikan, seperti IMERI, mesti bisa menjadi wahana unggul bagi kolaborasi transdisiplin riset dan pendidikan kedokteran Indonesia.

Di masa depan, diharapkan, para dokter di FKUI dan yang ada di pelosok bisa bersama-sama melakukan kolaborasi riset. "Selama ini dokter kita banyak yang ke luar negeri untuk mengembangkan penelitian. Itu tidak salah karena memang fasilitas kita sedikit. Namun, mulai sekarang hingga nanti harusnya banyak hal yang bisa kita ajarkan ke bangsa lain," tukas JK.

Apalagi, ungkapnya, Indonesia memiliki potensi riset di bidang kesehatan dan kedokteran yang tidak dimiliki bangsa lain. Salah satunya riset kesehatan mengenai penyakit tropis, seperti vaksin demam berdarah atau kelainan tulang yang masih dapat dikembangkan lagi oleh para periset yang juga dokter.

Pada acara itu, beberapa pejabat hadir, yaitu Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir beserta para pejabat eselon 1, Presiden Direktur Islamic Development Bank (IsDB) Bandar M H Hadjar, serta Rektor UI Muhammad Anis dan Dekan FKUI Ratna Sitompul.

Fasilitas IMERI
Rektor UI Muhammad Anis menjelaskan proyek IMERI digagas bersamaan dengan pembangunan RS Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di FK Universitas Sebelas Maret dan RS PTN Universitas Andalas Sumatra Barat. IMERI sebagai wadah kolaborasi riset diterjemahkan dalam bentuk gugus riset dan pendidikan.

"Ada 12 gugus riset, 2 gugus pendidikan, 3 gugus penunjang riset, serta 3 fasilitas pendukung penelitian yang bertujuan menghasilkan terobosan guna peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan," paparnya.

Beberapa gugus unggulan IMERI, lanjut Anis, ialah infeksi, riset kanker, riset kardiovaskular, riset reproduksi, riset human genetic, stem cell, riset drug development, riset pendidikan kedokteran, dan riset pengembangan pendidikan.

Di samping itu, IMERI dilengkapi dengan fasilitas peralatan canggih di bidang riset genetik dan biomolekuler serta peralatan terkini di bidang pendidikan kedokteran, seperti 3 dimension human body visualization table yang sangat bermanfaat bagi pendidikan dan pelayanan kesehatan.

"Konsep pembangunan IMERI sangat sesuai dengan Nawa Cita Jokowi-JK, terutama dalam hal meningkatkan ketahanan dan kemandirian bangsa di bidang kesehatan, termasuk mencetak sumber daya manusia atau dokter ahli yang sekaligus mampu menghasilkan riset," pungkasnya.(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya