Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
"SUAMI saya yang pertama itu orangnya cemburuan dan saya selalu dijadikan sasarannya. Kami menikah pada 1989 dan bercerai pada 1999 dengan dikaruniai lima anak," tutur Masnah seraya mengenang kisah pilu pernikahannya. Jika dulu sangat tertutup akan perjalanan hidup, kini Masnah dengan terbuka berbagi, bukan untuk membuka aib, melainkan menjadi pelajaran bagi sesama. Setelah bercerai, Masnah mulai berjuang menghidupi dirinya dan anak-anaknya. Pada 1999, setelah perceraian pertama itu, Masnah berjuang menghidupi anak-anak dengan menjadi kuli cuci. Meski penghasilannya sangat kecil, Masnah bertekad untuk dapat membiayai pendidikan anak-anak.
Baginya, hanya lewat pendidikan, anak-anak dapat terhindar dari nasib seperti dirinya. Ketika ada kesempatan bekerja di pabrik, Masnah pun memutuskan mengambilnya. Pikirnya, pekerjaan formal itu akan memberikan penghasilan lebih baik. Namun, jauh panggang dari api. Saat bekerja di pabrik tersebut, Masnah menitipkan anak-anaknya kepada orangtuanya. Gaji menjadi buruh pabrik Rp70 ribu tersebut hanya mampu mencukupi kebutuhan dirinya dan tidak cukup untuk mengurus anak-anaknya. "Hidup dari pabrik juga susah, kalau enggak punya ongkos saya jalan kaki 5 km dari rumah saya ke lokasi pabrik. Kalau malam saya sering menangis memikirkan nasib anak-anak saya yang saya titipkan sama orangtua," kenangnya.
Untuk menambah penghasilan, Masnah berjualan nasi uduk. Meski harus bekerja seharian penuh, pagi berjualan dan mulai siang bekerja di pabrik, Masnah tidak mengeluh. Terlebih hasil berjualan nasi uduk cukup baik. Namun, penghasilan lumayannya tersebut tidak berlangsung lama karena kontrak kerjanya habis dan persaingan usahanya semakin ketat. Pada 2005 Masnah pun menikah untuk kedua kalinya dan dikaruniai 1 anak. Namun, pernikahan tersebut hanya bertahan 2,5 tahun. "Setelah bercerai kedua kalinya, saya melanjutkan dagang keliling lagi kue-kue pasar dengan saya menanggung enam anak," imbuhnya.
Dia pun menikah kembali untuk ketiga kalinya pada 2009 dan dikaruniai satu anak. Namun, dia ditinggal pergi begitu saja oleh suaminya saat anak ketujuhnya tersebut baru berumur enam bulan. "Saya ingin anak-anak saya bisa terus sekolah agar tidak bernasib seperti saya. Setelah lulus sekolah saya ingin mereka bisa lanjut ke pesantren agar ilmu agamanya kuat karena zaman sekarang kalau agamanya tidak kuat takut terbawa ke mana-mana (tidak punya pendirian) memperkuat agama untuk masa depan lebih baik," imbuhnya.
Saat ini Masnah berjuang hidup dengan memilah-milah limbah akrilik untuk dijual. Ia dibantu dua anaknya yang sudah bekerja. Limbah tersebut hanya dihargai Rp1.000 per kilogramnya. Satu karung plastik besar bisa berisi 70 kg-80 kg akrilik. Dengan begitu, pekerjaan mengumpulkan limbah cukup menghadirkan senyum bagi ia dan anak-anak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved