Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEORANG perempuan telah menunggu kami di akhir jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat di Desa Kemiri, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Tangerang, Banten.
"Mobilnya parkir di sini saja. Rumah saya masih ke dalam lagi. Mobil enggak bisa masuk," katanya dengan ramah kepada tim Media Indonesia, Senin (6/3) siang itu.
Dialah Masnah, salah satu sosok ibu pejuang yang kiprahnya telah dikenal di desa itu. Masnah kemudian memandu kami ke rumahnya. Jaraknya ternyata tidak dekat. Setelah berjalan sekitar 10 menit melewati area persawahan, barulah kami tiba di sebuah rumah bercat hijau dengan karung-karung plastik besar di pekarangan. Ada sekitar delapan karung di sana dan seluruhnya berisi potongan-potongan bahan serupa plastik berwarna hitam.
Itulah limbah akrilik yang menjadi mata pencaharian tambahan keluarganya. Namun, perjuangan hidup yang dilakukan Masnah tidak hanya soal menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Ia juga mengambil peran sebagai ayah. Ia juga menjadi motivator bagi mereka yang gagal dalam pernikahan. Masnah merupakan salah satu anggota Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) sejak 2012. Bahkan, sekarang ia dipercaya untuk menjabat bendahara untuk Pekka Kabupaten Tangerang. Peran motivator itu ia jalankan bukan hanya karena bekal ilmu pelatihan, melainkan ia telah mengalami sendiri tiga kali kegagalan pernikahan.
Bahkan, ia juga menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di pernikahan pertama. Kisah pilu terus berlanjut di pernikahan kedua karena suami kerap bermain judi. Sementara itu, pernikahan ketiga pun diakhiri begitu saja dengan suami yang meninggalkan dirinya ketika buah hati baru berusia 6 bulan. Kegagalan yang ketiga kali tentu saja merupakan pukulan berat bagi Masnah. Di usia 37 tahun, ia telah tiga kali menjanda dan kemudian harus menjadi orangtua tunggal bagi 7 anak. Semua duka ia simpan sendiri, termasuk KDRT fisik maupun psikis. "Dulu mana bisa saya lapor, untuk cerita saja saya malu, apalagi kalau didengar orang," tutur perempuan yang kini berusia 43 tahun itu.
Kepercayaan diri Masnah baru mulai tumbuh pada 2012, dengan perkenalannya pada program Pekka. Perkenalan itu terjadi dengan informasi salah satu temannya.
"Jadi pada 2012 saya diajak teman katanya ada perkumpulan, ada lembaga janda-janda yang suaminya enggak bisa kerja atau suaminya meninggal, atau janda yang ditinggal suami, janda cerai," ungkapnya. Saat bergabung di Pekka, Masnah bertemu dengan banyak perempuan lain yang senasib. Tidak sekadar berbagai kisah sedih, mereka belajar berbagai ilmu dan mendapat pelatihan untuk modal mengubah nasib. Mereka bahkan belajar mengenai hukum sehingga mengerti posisi mereka di mata hukum. "Di Pekka rutin ikut pelatihan, pelatihan hukum, paralegal yang memberikan penyuluhan soal KDRT. Saya jadi paham sekarang apa itu KDRT karena dulu saya enggak paham sama sekali bahkan jadi korban," jelas Masnah.
Menyebarkan ilmu
Pengetahuan-pengetahuan yang didapat Masnah dari kegiatan itu telah membuat dirinya termotivasi untuk melakukan perubahan bagi dirinya, keluarganya, maupun masyarakat sekitarnya. Namun, dia tetap mengakui lingkungannya masih memandangnya sebelah mata jika sedang memberikan penyuluhan terkait dengan beragam masalah rumah tangga, perempuan, dan anak. "Rasanya mereka dikasih penyuluhan itu cuek. Jadi, mental kita harus kuat agar memotivasi yang enggak tahu jadi tahu. Mungkin mereka melihat saya janda yang sekolah SD saja enggak tamat, tapi sok memberikan nasihat," paparnya. Masnah mengaku, meskipun sering tidak diacuhkan saat membagi ilmu dan pengalamannya yang didapatnya dari Pekka, dirinya tidak putus semangat karena ingin masyarakat desanya paham dan dapat maju.
"Saya ingin ke depannya desa ini jadi maju. Pengin lebih maju, masyarakat supaya mendengar apa yang saya sampaikan. Saya tidak mau berhenti, sebisa mungkin saya akan kasih tahu informasi yang saya dapat," imbuh janda yang sudah menikah sejak umur 15 tahun tersebut. Kegiatan positif Masnah tidak hanya berhenti di situ saja, dirinya pun turut aktif dalam memfasilitasi warga di lingkungannya yang ingin mengurus surat-surat, seperti akta kelahiran, kartu keluarga, kartu Indonesia sejahtera, dan BPJS. Hal tersebut dia lakukan agar para warganya memiliki beragam surat-surat kependudukan yang lengkap dengan mudah karena selama ini pengurusan surat-surat tersebut dilakukan para calo yang memasang tarif yang cukup mahal bagi warga sekitar.
"Saya merasa bangga dan senang bisa membantu orang. Saya ingin lebih banyak lagi membantu kalau saya bisa. Di sini kalau mau buat kartu keluarga itu mahal, biaya di calo saja Rp150 ribu bahkan bisa lebih, yang saya dengar ada yang sampai Rp250 ribu biayanya per orangnya. Kalau saya asal ada ongkos buat jalan saja," jelasnya. Menurutnya, proses pembuatan surat-surat tersebut sebenarnya mudah dilakukan sendiri dan tidak perlu menyuruh orang (calo). Ongkos yang dipasang para calo tersebut sangat tinggi dan tidak dapat dijangkau masyarakat sekitar.
Akibatnya, sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum memiliki akta kelahiran. "Biaya itu yang tidak terjangkau jadi sampai sekarang masyarakat masih banyak yang belum punya akta, tapi kalau KTP sekarang sudah gratis sudah pada punya. Jadi, saya juga kasih tahu ke orang-orang kalau mau buat sendiri itu biayanya murah, saya kasih pengertian ke masyarakat," papar Masnah. Selain hal-hal tersebut, Masnah sering mengantar dan menemani warga yang sakit ke rumah sakit untuk berobat dengan suka rela. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved