Pembangunan Ancam Ekosistem Cibodas

Puput Mutiara
12/4/2017 09:18
Pembangunan Ancam Ekosistem Cibodas
(Dok.MI/Angga Yuniar)

MARAKNYA pembangunan di sekitar area Balai Konservasi Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat, mengancaman keberlangsungan ekosistem, terutama tanaman. Meski belum bisa dibuktikan langsung, dampak paling kentara ialah terjadinya kenaikan suhu rata-rata dari 19 derajat celsius menjadi 21 derajat celsius.

Kepala Seksi Eksplorasi Koleksi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas Muhammad Imam Surya mengatakan, perubahan suhu yang mulai dirasakan sejak dua tahun lalu itu bukan sekadar mengakibatkan cuaca semakin panas, melainkan juga berpotensi mengancam siklus pertumbuhan tanaman.

Ia mencontohkan terjadinya pergeseran waktu pembungaan dan pembuahan bunga sakura. Biasanya, proses tersebut terjadi pada Januari hingga Februari. Namun, kini bergeser menjadi Maret.

Bahkan, masa berbunga sakura kini jauh lebih pendek. Bila tahun-tahun sebelumnya masa berbunga berlangsung selama seminggu, pada 2016 bunga sakura hanya bermekaran dalam waktu tiga hari.

"Apakah itu terjadi karena pembangunan di sekitar sini, kami belum bisa pastikan. Tapi kalau dipengaruhi climate change, itu iya," ujarnya saat peresmian Taman Liana sebagai bagian dari rangkaian Hari Jadi Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas (KRC) di Cianjur, Jawa Barat, kemarin (Selasa, 11/4).

Imam mengungkapkan, dalam kurun waktu 3 tahun hingga 5 tahun belakangan, tim peneliti dari KRC telah melakukan kajian atau eksplorasi stok karbon di Cagar Biosfer Cibodas. Awalnya, hal itu dilakukan untuk mendukung performa pemerintah dalam mengelola perubahan iklim. Namun, tidak lambat laun berpengaruh terhadap ekosistem.

Sementara itu, Kepala Balai Konservasi Tumbuhan KRC Agus Suhatman mengatakan kejadian longsor pada tebing setinggi 7 meter di Kebun Raya Cibodas pada akhir tahun lalu juga diduga akibat perubahan iklim. Volume air akibat hujan selama 1 jam tidak seluruhnya terserap langsung oleh tanah, tetapi mengalir deras di permukaan. Oleh karena itu, ia berharap ada upaya untuk tetap menjaga kondisi lingkungan. "Meski tidak bisa mengatasi perubahan iklim, kami harapkan paling tidak ada upaya menjaga lingkungan agar tetap baik sehingga bermanfaat bagi kehidupan," tandasnya.

Tanaman langka
Tanaman koleksi KRC kini terancam. Dari 1.851 jenis tanaman yang ada, sebanyak 46 di antaranya berstatus konservasi endanger (terancam punah) dan critically endanger (sangat terancam punah).

Tanaman yang terancam punah tersebut beragam, tetapi umumnya berasal dari jenis anggrek yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, ada juga tanaman langka dari jenis liana atau tanaman merambat yang tumbuh pada tanaman lain. Di antaranya kadsura.

"Jenis tanaman langka ini kalau kita publish ke masyarakat malah akan bisa jadi bumerang. Mereka akan mencari untuk mendapatkannya, hingga akhirnya mengancam kebun raya keseluruhan," tukasnya.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Enny Sudarmonowati menilai tanaman langka yang masih ada di KRC serta berbagai koleksi tanaman lainnya justru merupakan potensi besar yang perlu dijaga pelestariannya. Bahkan, harus terus dikembangkan. Seperti tanaman liana yang umumnya digunakan sebagai peneduh pergola, kini dijadikan salah satu tempat ekowisata di KRC. Dari 126 spesimen liana, ada beberapa yang endemik berasal dari sebaran wilayah Sulawesi, Jawa, dan Sumatra. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya