Nyoman Gunarsa Dorong Perlindungan Museum

Richaldo Y Hariandja
06/4/2017 04:30
Nyoman Gunarsa Dorong Perlindungan Museum
(MI/Ruta Suryana)

BERTEMU dengan kepala negara merupakan kesempatan langka. Tak jarang, pertemuan tersebut dimanfaatkan untuk menyampaikan persoalan yang dinilai perlu diketahui sang pemimpin negeri. Hal itu pula yang dilakukan maestro seni lukis asal Bali, Nyoman Gunarsa, 61, saat memenuhi panggilan untuk bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (3/4). Dalam kesempatan tersebut, ia meminta Presiden untuk menjadikan museum yang dirintisnya, Museum Nyoman Gunarsa, dan koleksi di dalamnya sebagai cagar budaya bangsa. "Saya meminta khusus kepada Presiden untuk mempercepat prosesnya karena pendataan sudah dilakukan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman sejak 4 bulan lalu," terangnya saat ditemui Media Indonesia, Selasa (4/4).

Ia menjelaskan, koleksi di dalam museumnya yang mencapai 400 lebih merupakan representasi dari kebudayaan Bali yang sudah dikumpulkannya sejak era 1960-an. Koleksi itu mencakup lukisan, patung, relief, wayang, juga keris. Tak jarang, untuk mendapatkan benda-benda bernilai budaya tinggi itu ia harus adu cepat dengan kolektor maupun museum luar negeri yang ingin mengoleksi barang-barang dari Indonesia. "Presiden memberikan respons positif dan berjanji untuk turun tangan. Dia berjanji untuk 'mengerahkan' Mendikbud dan Dirjen Kebudayaan agar mengurus ini," terang laki-laki kelahiran Klungkung, Bali, 15 April 1944 itu. Ia menambahkan, apa yang dilakukannya itu merupakan upaya agar koleksi museumnya dilindungi pemerintah.

Di Bali, lanjutnya, upaya mengoleksi benda-benda bersejarah tidak hanya dilakukan dirinya, tetapi juga oleh pihak swasta maupun kolektor pribadi lainnya. Akan tetapi, pemerintah daerah setempat justru kurang giat untuk melakukan upaya serupa terhadap warisan budaya lokal. "Pemerintah daerah kurang satu visi. Padahal pemerintah pusat bilang kalau mereka sudah banyak melepas kurator, tapi laporan yang masuk ke pusat sangat sedikit. Beruntung saya tahu dan langsung jemput bola," terang dia.

Lukisan Jokowi
Dipanggilnya Gunarsa ke Istana Presiden tidak lepas dari karya lukisannya yang spektakuler. Lukisan sepanjang 4 meter itu menampilkan sosok Presiden Jokowi sedang minum jamu di tengah masyarakat. "Info mengenai lukisan tersebut sampai ke Istana dan akhirnya saya ditelepon untuk datang bertemu Presiden," tutur seniman lulusan ASRI Yogyakarta itu. Ia datang membawa serta lukisan tersebut, juga satu lukisan lain yang lebih kecil. Semula ia berniat memberikan kedua lukisan tersebut, tetapi pada akhirnya kedua lukisan itu dibeli Jokowi. "Padahal saya tidak mau (lukisan itu dibeli) karena melihat karya saya dipajang di Istana saja sudah merupakan kebanggaan, tapi Kepala Negara sangat gentle," terang dia.

Menurut rencana, lukisan Jokowi sedang minum jamu itu akan dipajang di ruang rapat kabinet. Adapun lukisan lainnya yang lebih kecil akan dipajang di Gedung Sekretariat Negara. Ia menceritakan, dirinya membuat lukisan tersebut pada 2014 saat Jokowi baru menjadi presiden. Menurutnya, inspirasi pembuatan lukisan itu datang dari kesederhanaan Jokowi sebagai kepala negara. Itu sebabnya, ia menampilkan Jokowi di tengah rakyat, ada pemikul jamu, tukang andong, dan kaum jelata lainnya. "Beliau dengan blusukan-nya itu sangat merakyat. Seandainya seluruh pemimpin seperti itu, pasti (rakyat) enak sekali," pungkas dia. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya