Salil Shetty Indonesia Harapan Besar Dunia

Irene Harty
25/3/2017 03:00
Salil Shetty Indonesia Harapan Besar Dunia
(AP Photo/Matthias Schrader)

"INDONESIA menjadi harapan besar dunia untuk memberikan wajah baru bagi Islam di dunia dan memutuskan ikatan Islam dengan terorisme. Islam Indonesia yang moderat dan damai perlu dipromosikan di panggung dunia. Apalagi, konstitusi di Indonesia sangat jelas untuk menghormati hak asasi manusia (HAM). Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah berkomitmen menegakkan HAM dan mengedepankan kesetaraan saat kampanye dan itu menjadi tanggung jawabnya sekarang."

Itulah kalimat yang disampaikan Sekjen Amnesti Internasional, Salil Shetty, 56, saat memberikan kuliah umum bertajuk Pluralism and the Struggle for Justice and Equality di Balai Agung DKI Jakarta, Kamis (23/3). Selama 1,5 jam, dia memberikan Yap Thiam Hien Human Rights Lecture kepada ratusan mahasiswa serta peserta umum dari beragam profesi. Kuliah umum itu dimulai dengan penekanan perbedaan ialah pemersatu bangsa.

"Acara ini diselenggarakan Tahir Foundation. Nama anak saya juga Tahir yang artinya murni (pure). Menarik, karena saya lahir di keluarga Hindu dan Tahir ialah nama muslim. Banyak pertanyaan dari sanak saudara, tapi itu karena saya tumbuh dengan tidak melihat perbedaan. Apa yang berbeda dengan nama Hindu, nama muslim, itu masih nama manusia," tuturnya. Salil yang lahir di Bangalore, India, mengakui topik kuliah itu sangat dekat dengan dirinya.

India yang memiliki 150 juta umat muslim juga menghadapi masalah kesetaraan HAM. Kondisi itu pula yang mendorong dirinya terjun lebih dalam melakukan aksi kemanusiaan sejak 1998 hingga sekarang. Ia bergelar MBA dari Indian Institute of Management Ahmedabad dan MSc dari London School of Economics, bahkan sempat bekerja untuk Indian IT Company. Salil pun melihat bencana kelaparan ekstrem di India dan hal itu telah mengubah hidupnya.

"Bagi saya kelaparan menjadi kekerasan HAM. Pengaruh sangat besar juga dari kedua orangtua. Ayah saya seorang jurnalis dan berjuang untuk hak-hak kaum minoritas dengan Dalit movement dan ibu saya berjuang untuk HAM perempuan. Jadi, ya kami dikelilingi kekerasan HAM. Jadi, kami harus melawannya," tuturnya. Berdasarkan pengalaman, Salil yakin jika HAM tidak dihormati, masyarakat menjadi tidak stabil.

Damai dan keadilan hanya dapat diperoleh dengan menghormati HAM dan hukumnya yang memberikan perlakuan setara untuk perempuan, laki-laki, dan anak-anak. Aktivis HAM India itu mengaku sangat terinspirasi dalam kunjungan ke Indonesia, terutama saat menghadiri Aksi Kamisan Ke-477 dan Ke-10 tahun ini di seberang Istana Negara. Keluarga korban hilang yang diduga karena pelanggaran HAM selalu datang ke sana setiap Kamis untuk meminta keadilan kepada pemimpin negara.

Benahi domestik
Dalam pandangan Salil, Indonesia perlu membenahi penerapan HAM di lingkup domestik sebagai langkah awal menuju wajah baru Islam. "Pemerintah perlu menghormati hak-hak kelompok minoritas di dalam negeri, seperti kelompok agama Ahmadiyah, Gafatar, dan Syiah. Mereka memiliki hak yang sama seperti Sunni, Kristen, dan setiap mereka mesti dilindungi," jelasnya. Peran paling besar dan kuat untuk memulainya ada di tangan Kepala Negara Indonesia.

Jokowi perlu mempromosikan Islam dengan makna sebenarnya sesuai dengan ajaran agama, bukan dalam bentuk ekstrem. "Indonesia selalu dengan moderat Islam, menerapkan nilai-nilai Islam, menghormati semua agama dengan kesetaraan," imbuh Salil. Perihal konstitusi, dia tidak mempermasalahkan jika memang kombinasi dengan hukum lokal diperlukan selama masih sesuai dengan ketentuan internasional.

Lebih lanjut, Mantan Direktur Millennium Campaign di PBB ini berencana menemui Jokowi untuk membahas empat poin, yakni pelanggaran HAM di masa lalu, suara Indonesia yang diperlukan dunia, kekerasan kelompok agama minoritas, dan penerapan hukuman mati. Tidak terkecuali pentingnya membangun sumber daya manusia, di samping pembangunan infrastruktur yang sedang giat dilakukan Jokowi. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya