Anniesa Desvitasari Hasibuan Keragaman Adalah Fesyen

Denny Parsaulian S
18/2/2017 07:21
Anniesa Desvitasari Hasibuan Keragaman Adalah Fesyen
(ANTARA/HO/Dana)

PADA September 2016, perancang busana Anniesa Desvitasari Hasibuan mengukir sejarah dengan menjadi satu-satunya perancang yang menghadirkan koleksi hijab pada New York Fashion Week (NYFW).

Saat itu juga dirinya menjadi berita utama karena untuk pertama kalinya menampilkan hijab.

Peragaan busana karyanya saat itu menjadikannya rising star.

Sejak saat itu pula, Anniesa mulai membuka butik di Malaysia, Turki, dan Uni Emirat Arab.

Sebelumnya, pada 2015, Anniesa, yang memulai debut fesyennya di London pada Maret 2015, sudah membuka butik di Indonesia.

Pada pergelaran NYFW 2017 yang berlangsung di Skylight Clarkson Gallery, New York, Amerika Serikat, Selasa (14/2), Anniesa kembali mengguncang dengan koleksi busana berhijab karyanya.

Kali ini, seluruh model membawakan hasil karya Anniesa yang 'wah' tetapi tetap menutupi rambut dan kepala pemakainya dengan sempurna.

Di tengah kontroversi terbaru soal larangan imigrasi dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump, perancang Indonesia berusia 30 tahun itu memutuskan menggunakan model imigran dan anak-anak generasi kedua imigran.

Meskipun demikian, Anniesa menyatakan karyanya ditujukan untuk perempuan muslim, bukan merupakan suatu reaksi politik.

Dia mengatakan peragaan busananya menunjukkan 'fesyen untuk semua orang'.

"Saya di sini untuk membawa suara indah dari perempuan muslim, kedamaian, dan nilai universal yang bisa dibawa dari fesyen," kata dia kepada kantor berita AFP.

Menurut Anniesa, fesyen bisa untuk siapa saja.

"Saya tidak ingin mendiskriminasi (lewat fesyen)," ujarnya seperti dikutip ELLE.com.

"Kemampuan untuk mengekspresikan keragaman dalam bisnis ini adalah nilai yang harus dipegang teguh. (Keragaman) adalah fesyen buat saya."

Lewat busana-busana muslim karyanya yang diperagakan, Anniesa ingin menunjukkan Islam itu indah.

"Saya yakin setiap orang harus mempresentasikan persamaan kesempatan, terutama jika seseorang itu memiliki minat, bakat, dan keahlian. Tidak semua imigran itu jahat. Kita telah menyaksikan mereka cantik dan memberi kontribusi besar untuk Amerika Serikat," jelasnya lebih jauh.

Seleksi

Anniesa tidak memilih sembarang imigran untuk menjadi modelnya. Sebelumnya, para imigran itu diwawancara lebih dulu.

Mereka dimintai pendapat tentang politik di AS saat ini dan bagaimana mereka melihat kondisi AS saat ini.

"Tentang penolakan muslim masuk AS, saya merasa sangat sedih karena ibu saya adalah seorang muslim. Akan tetapi, saya rasa agama semestinya tidak dijadikan isu dalam aturan imigrasi," kata salah satu model Chantal Kammerman yang merupakan campuran Swiss dan Afrika dalam video casting.

Chantal, yang tahun lalu mengungsi dari Suriah, mempertanyakan, "Apakah salah meninggalkan negaramu hanya untuk mencari penghidupan yang layak? Untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik? Untuk mendapatkan pendidikan yang baik? Penting bagi kita untuk menjaga kebersamaan memperjuangkan kebaikan. Kita saling mendukung dan melawan ketidakadilan selama mampu."

Anniesa berharap Chantal dapat terus mempromosikan dan menyebarkan citra bahwa perempuan berhijab selalu bisa stylish dan glamor seperti perempuan lainnya.

"Perbedaan bukan sesuatu yang mesti ditakuti, melainkan sesuatu yang mesti diterima. Kami memiliki visi dan misi untuk membawa kedamaian dan fesyen adalah salah satu alatnya untuk menyebarkan nilai kecantikan kepada dunia," harap Anniesa.

(H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya