Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
MENGAWALI karier sebagai jurnalis tentu saja membuat penulis Justina Ayu Utami, 48, sudah sangat akrab dengan dunia media dan jurnalistik. Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, penulis novel Saman tersebut mengharapkan ada upaya edukasi dan literasi serius dari pemerintah dan berbagai pihak yang peduli akan kelangsungan penyebaran berita-berita di Indonesia.
"Sekarang pers kebebasannya lebih baik karena telah dijamin secara undang-undang dengan jelas. Berbeda dengan zaman Orde Baru yang harus dengan surat izin, dapat diberedel, dan lain-lain," ujar Ayu selepas menjadi narasumber di peluncuran buku Drupadi karya Seno Gumira Ajidarma, di Dia.Lo.Gue, Jakarta, Rabu (8/2). Perempuan yang merupakan salah satu inisator Aliansi Jurnalis Independen (AJI) tersebut mengatakan saat ini kerja pers legal dan bebas. Namun, secara struktur, beberapa kendala juga masih dihadapi. Salah satunya dalam struktural atau kepentingan bisnis yang kerap terlibat.
Dikatakan Ayu, dunia media dan jurnalistik saat ini juga menghadapi tantangan berat dalam hal tingkat intelektualitas pembaca dan media literasi yang masih kurang maksimal di banyak kalangan. Berita palsu dan sensasional masih lebih dipilih masyarakat ketimbang berita yang memenuhi standar etik jurnalistik. "Itu menunjukkan masyarakat menyukai sensasi dan berita-berita yang memberi makan pada kebencian. Itu harus diperhatikan," ujar Ayu.
Selain itu, persoalan saat ini muncul akibat semakin banyak bermunculannya media-media baru yang sulit terpantau. Untuk menghindari pengaruh buruk, ia mengatakan perlu literasi dan penyampaian pada masyarakat akan media yang dianggap benar dan memiliki rating terbaik oleh pemantau industri media, dalam hal ini Dewan Pers. "Soal media yang semakin bermunculan dan sulit terdata, sebenarnya tidak perlu disaring Dewan Pers. Mereka sah mengamati dan memberi rating media-media yang paling akurat dan dapat dipercaya, tapi bukan menyaring atau melarang," ujar perempuan kelahiran Bogor tersebut.
Dikatakan Ayu, pelarangan atas hak bersuara merupakan hal tidak tepat dilakukan saat ini. Karena itu, upaya edukasi menjadi harus lebih ekstra untuk terus dilakukan. "Media literasi itu menurut saya seharusnya masuk ke kurikulum dan percakapan sehari-hari," ujar Ayu.
Kesetaraan
Sebagai aktivis perempuan dan feminis, salah satu masalah yang hingga saat ini terus ia perhatikan ialah terkait dengan kebebasan dan kesetaraan hak perempuan. Ia mengatakan sangat menyayangkan masih terjadinya pembatasan-pembatasan bagi perempuan dalam banyak hal. "Saat ini kesetaraan gender memang semakin membaik, tapi kita juga melihat di beberapa wilayah lain dalam lima tahun terakhir terutama ada perda syariah yang mengharuskan perempuan berpakaian tertutup, jam malam, dan lain-lain muncul di zaman demokrasi ini. Di satu pihak pemikirannya maju, tapi secara bersamaan resistensinya juga besar," ujar Ayu. Dirinya berharap perbaikan dalam hal pengetahuan dan kesetaraan perlakuan terhadap perempuan semakin tinggi di Indonesia. (H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved