Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
TIDAK lama lagi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta akan menggelar pesta demokrasi akbar, yakni pemilihan gubernur dan wakil gubernur. Momen itu menjadi tonggak harapan bagi sutradara muda yang sangat produktif, Fajar Nugros, 37. Dengan terpilihnya gubernur dan wakil gubernur yang baru, dia berharap mimpinya segera terealisasi. Ia ingin merasakan dan melihat Jakarta sebagai kota yang lebih manusiawi. Sutradara film Jakarta Undercover tersebut juga memuji pemerintahan sebelumnya yang banyak melakukan pembangunan dan perubahan ke arah yang lebih baik. Meski begitu, dia mengatakan Jakarta belum sepenuhnya sempurna.
“Saya sedih kalau naik commuter line itu penumpang berdesak-desakan, wajah-wajah kelelahan juga terlihat dari jendela-jendela metro mini, bahkan di Trans-Jakarta yang cukup mewah, penumpang berebutan masuk dan keluar. Itu buat saya jadi cukup sedih,” ungkap pria asal Yogyakarta tersebut. Menurut Nugros, Jakarta memang sudah menjadi pusat ekonomi sejak puluhan tahun lalu. Hal itu membuat banyak orang dari daerah membawa cita-cita mereka ke Ibu Kota dan proses urbanisasi tidak bisa dicegah. Karena itulah, pemimpin terpilih nantinya harus bisa mewujudkan Jakarta yang nyaman bagi semua orang.
“Aku harap sih kota ini bisa nyaman untuk warganya dulu. Kalau mereka sudah bahagia, pasti mereka akan menyambut orang-orang yang datang juga dengan bahagia. Ketiga calon mempunyai latar belakang yang bagus. Aku yakin mereka bisa mewujudkan Jakarta yang lebih baik lagi di era mendatang,” kata dia saat hadir di Media Indonesia dalam rangka promosi film Moammar Emka's Jakarta Undercover, Selasa (31/1). Saat itu dia hadir bersama pemeran film tersebut, yakni Baim Wong, Luman Sardi, dan Tiara Eve.
Sisi gelap
Film garapannya, Moammar Emka's Jakarta Undercover, bakal segera menghiasi layar lebar di Tanah Air mulai 23 Februari.
Film yang diangkat dari novel karya Moammar Emka tersebut bercerita tentang seorang pendatang dari daerah yang bercita-cita untuk menuai kesuksesan di Ibu Kota, tapi menemukan banyak rintangan. Dengan mengangkat film berlatar sisi gelap Jakarta, Nugros mengaku banyak menemukan hal baru dalam prosesnya. Dunia malam memang bukan dunianya. Namun, dari proses riset dan syuting, ia banyak menemukan bukti nyata tentang daerah-daerah ‘merah’ di Jakarta.
Dalam mengangkat fakta tersebut ke layar pun, pria lulusan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Jurusan Hukum itu mengaku berhati-hati. "Banyak adegan dalam film ini yang mengambil aktivitas dunia malam. Saya sebagai sutradara punya tanggung jawab moral untuk mengambil gambar tanpa harus berdebat panjang dengan lembaga sensor film (LSF), tapi juga menjaga cerita tetap sesuai dengan tema. Kalau ada adegan yang sudah pasti akan disensor, pasti saya tidak akan ambil,” jelas suami Susanti Dewi itu. (H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved