Adjie Santosoputro Dukunglah dengan Sehat dan Wajar

Retno Hemawati
03/1/2017 20:07
Adjie Santosoputro Dukunglah dengan Sehat dan Wajar
(MI/RETNO HEMAWATI)

PRAKTISI meditasi Adjie Silarus, 33, yang kini menggunakan nama aslinya Adjie Santosoputro, mengatakan dirinya sangat berhati-hati saat berbicara tentang politik. "Dalam konteks pilkada dan lainnya, keberpihakan itu kadang menjadi berlebihan. Terjadi pola generalisasi. Apa yang dikatakan pihak jagoannya menjadi benar semua dan apa yang dikatakan atau dilakukan pihak lawan menjadi salah semua, padahal belum tentu," katanya saat dijumpai Media Indonesia setelah taping program Kick Andy beberapa saat lalu di Kedoya, Jakarta Barat.

Dia melanjutkan, untuk banyak peristiwa dan konteks, orang sebaiknya tidak berlebihan dalam menilai karena generalisasi yang mentah membuat penilaian tidak lagi objektif. Meskipun demikian, dia mengatakan mendukung salah satu pihak itu boleh-boleh saja asal dilakukan dengan pikiran yang sehat dan sewajarnya. "Itu tantangan kita bersama. Keberpihakan kadang membuat kita merasa ada, atau diakui eksistensinya. Sebaliknya jika tidak memihak, menjadi gamang dan labil. Kan tidak seperti itu juga," jelas dia.

Wajar memihak menurutnya bisa dilakukan dengan pikiran yang tenang. Jangan sampai ketika kita mendengar atau melihat apa yang dilakukan pihak yang dijagokan akan selalu dianggap benar dan sebaliknya. "Itu namanya fanatisme. Tidak seperti itu." Yang kedua, tambahnya, ialah mengurangi rasa takut. Menurut pendapatnya, fanatisme selalu didasari ketakutan.

"Sumber kebencian itu ialah ketakutan, takut jika pihak lawan menang atau berkuasa, nanti akan berakibat hal-hal yang buruk misalnya." Dia pun melontarkan pendapatnya ketika ditanya bagaimana caranya menyampaikan kritik dengan cara yang baik. "Kalau saya ditanya demikian, jawaban saya adalah memberikan teladan. Itu sudah yang paling baik," kata Adjie. Dia pun mencontohkan saat ingin menyampaikan kritik terhadap hal-hal tertentu, korupsi, demonstrasi, penistaan agama, atau apa pun, orang sebaiknya berkacalah dulu.

"Sebab satu-satunya orang yang bisa kita ubah adalah diri kita sendiri. Karena itu, berilah teladan yang baik, termasuk saat menggunakan media sosial," ucapnya. Menyalahkan orang lain, menurut pandangannya, memang jauh lebih mudah. "Tetapi itu tidak akan mengubah Indonesia. Kalau boleh mengutip Mother Teresa, untuk mengubah orang lain, ada satu hal yang bisa dilakukan, go home and love your family."

Berubah
Selain mengubah tampilan menjadi berambut, Adjie pun kini tidak lagi menggunakan nama Silarus. Hal itu secara bertahap mulai dirintisnya sejak beberapa bulan terakhir. Adjie Silarus dikatakannya ialah nama pena. Nama aslinya Adjie Santosoputro. Menggunakan nama itu baginya seperti perjalanan kembali pulang, jujur kepada diri kita sendiri, apa adanya.

"Saya percaya jika ada orang yang sakit, salah satu hal yang bisa menyembuhkan ialah pulang kembali ke rumah. Sama seperti menggunakan nama asli, itu juga menyenangkan," katanya tersenyum. Memasuki 2017, Adjie mengaku tidak banyak memiliki rencana dan justru mengurangi berencana. "Itu eksperimen saya, memang jalannya bisa terjadi indah atau tidak. Go with the flow saja," tutup lulusan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, itu. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya