Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
Seberapa besar arti angka 25 bagi Musa Widyatmodjo? "Sangat berarti," katanya dengan tegas saat saat mengadakan acara Ungkap Syukur di Lippo Mall Kemang, Kamis (3/11).
Wajarlah bila angka tersebut amat berarti. Pasalnya tak banyak fashion designer negeri ini yang bisa terus berkarya hingga mencapai 25 tahun. Hanya ada beberapa nama perancang busana yang sudah mencapainya, di antaranya Biyan Wanaatmadja dan Anne Avantie.
Musa membangun label pertamanya tahun 1991 bersama Yogi Soegyono. Labelnya bernama M by Musa. Label ini di bawah bendera PT Musa Atelier.
Kini, ada tiga label Musa di bawah bendera PT Musa Atelier, yaitu Musa Widyatmodjo (first line/private client), M by Musa (second line, ladies ready to wear), dan Musa Co (corporate uniform). Karya M by Musa sudah tersebar di delapan outlet department store di Jakarta dan Surabaya.
"Koleksi pertama saya ada di Metro Department Store pada 1992," Musa mengisahkan.
Khusus untuk seragam, Musa mengakui bahwa menggarap permintaan seragam hanya bermodal nekat. Beberapa klien yang mempercayakan seragamnya dengan label Musa Co, antara lain Bank BCA, Bank BNI 46, Panin Bank, dan Bank Danamon.
"Inspirasi desain seragam saya adalah karya Coco Chanel. Tapi, saya menambahkan fungsi pada beberapa bagiannya. Contohnya bagian atas blazer yang bisa dipakai tertutup atau terbuka. Lalu lapisan dalam blazer yang senada dengan blouse-nya," ungkap Musa.
"Untuk seragam lainnya, saya mendesain dasi bergradasi bermotif logo perusahaan. Sementara untuk wanita, saya menyerasikannya dengan membuat scarf serupa, ada gradasi warna yang motifnya sama dengan dasi. Produksinya dilakukan di Korea," sambungnya.
Memiliki klien tetap perusahaan membuktikan bahwa Musa andal dalam mendesain seragam perusahaan. "Jika Tuhan mengizinkan, saya akan dipercaya mendesain seragam 30 hotel dalam waktu dekat," tuturnya.
Namun, perjalanan karier Musa tidak bisa dibilang mulus. Ada kisah gagal yang pernah dialaminya. "Saya tidak sukses selamanya," kata mantan pengajar di InterStudi.
"Dulu saya pernah membuat sepatu dan sandal, tapi ternyata saya tidak mampu meneruskannya. Saya juga pernah mempunyai label Mosya yang ternyata tidak berlangsung lama," ungkap fashion designer yang bermimpi menjadi fashion legacy.
"Memulai itu gampang, tapi untuk menjaga agar terus berlangsung, ternyata sulit sekali. Jadi, saya pernah mengalami jatuh bangun, tidak dibayar klien, dan masalah lainnya," ujar finalis Lomba Perancang Mode 1990.
Untungnya Musa tak pernah menyerah. Setiap kegagalan dijadikannya pelajaran yang berharga. Kini, selain melayani private client, Musa harus memproduksi 600-800 busana ready to wear per bulan.
"Dalam keadaan perekonomian yang cukup berat, saya juga mengalami penurunan penjualan. Tapi, tiga bulan ini, permintaan sudah kembali normal. Jadi, saya optimistis bahwa industri mode tanah air akan kembali cerah," kata Musa yang berprinsip tidak mau menjadi one man show dalam berkarya. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved