Sentuhan Lee Buddle dalam Elephant Kind

Dzulfikri Putra Malawi
25/9/2016 02:00
Sentuhan Lee Buddle dalam Elephant Kind
(DOK. PRIBADI)

LEWAT kerja sama dengan expertise musik asal Australia yang sukses menangani produksi musik penyanyi seperti Kelly Clarkson dan Justin Bieber, Lee Buddle memberikan nilai lebih kepada debut album kelompok musik asal Jakarta yang menamakan diri Elephant Kind.

Peran Lee Buddle sebagai guru sang vokalis, Bam Mastro, saat berkuliah di Western Australian Academy of Performing Arts, berlanjut di dalam album bertajuk City J sebagai mixing advisor dan juga untuk sisi mastering yang baru dirilis pada 21 September di Jakarta.

Sentuhan dari seorang profesional kelas dunia yang dikenal memiliki cara pandang tersendiri dalam mengemas musik itu jelas membuat debut album Elephant Kind memiliki kesan tersendiri.

"Lee Buddle menjadi sosok yang selalu membuat saya kagum ketika berbicara tentang musik. Dia punya teori sendiri dalam melihat musik pop dan perkembangannya. Yang lebih menyenangkannya lagi, sudut pandang itu bisa bersinergi dengan baik dengan album City J. Kami ingin terasa lebih liar dan berbeda dalam balutan pop. Hasilnya, mengagumkan!" papar Bam yang ditemani dua personel lainnya, Dewa Pratama (multiinstrumentalist/guitar/backing vocal) dan Bayu Adisapoetra (drum), kepada Media Indonesia, Kamis (22/9) malam.

Walaupun terbilang band baru, mereka telah merilis dua minialbum, yakni Scenarios: A Short Film by Elephant Kind (2014) dan Promenades: A Short Film by Elephant Kind (2015). Trio yang mengusung aliran pop/hibrida ini siap menjejaki bab baru perjalanan musik.

Album City J menjadi jawaban atas hal itu. Dua single yang telah rilis sebelumnya, Beat the Odinary dan Montage, ialah gambaran awal dari proses berkembangnya Elephant Kind yang tecermin dari sisi musikalitas mereka.

"Secara konsep dan musik, Elephant Kind terasa sangat berbeda dari dua EP sebelumnya. Konsep short film kami kembangkan ke dalam cerita panjang yang di dalam album ini berkaitan. Begitu juga dengan musiknya, Elephant Kind yang dikenal dengan musik bernuansa tropical summer dengan sentuhan jungle bergeser ke sisi urban dan lebih pop," ujar Bam.

Mengenai proses pembuatan lagu, Bam mengatakan 12 lagu dalam album ini bukan materi yang dibuat ketika kuliah, seperti dua materi minialbum sebelumnya. Setelah Elephant Kind berjalan, ada Bayu dan Dewa yang turut berperan dalam materi-materi ini. Dengan kata lain, debut album mereka lebih segar karena ada proses saat semua bahan terkumpul dan dikerjakan bersama-sama di studio.

"Salah satunya ada twist yang kami sematkan di beberapa materi album City J ini yang membuat ada dinamika tersendiri ketika mendengarkan album ini secara keseluruhan. Jauh berbeda dari rekaman Elephant Kind sebelumnya," ujar Bam memberikan bocoran.

Ungkapan this album is gold yang kerap kali disuarakan setiap personel Elephant Kind cukup mencerminkan bahwa semua persiapan dan proses yang telah dilakukan jelas menjadi satu bagian penting yang membuat album ini. Salah satu catatan baik dari album City J ini ialah berada di urutan teratas Itunes Indonesia dalam kategori top albums per 21 September 2016.

"Debut album adalah karya yang penuh dengan persiapan yang begitu dalam dan berharga bagai emas. Bukan hanya untuk kami pribadi, melainkan juga untuk teman-teman semua yang akan memiliki album ini. Audio dan visual album City J turut dipersiapkan senada dengan perencanaan yang kami lakukan sejak awal. Semuanya tercurah di sini, yang membuat saya pribadi album ini timeless, sangat layak untuk didengar dan diperhatikan secara mendetail. This album is gold," ujar Bayu.

Selain dirilis secara fisik di www.elephantkind.com, album ini dapat dinikmati dalam format digital dengan layanan musik streaming, seperti Apple Music, Spotify, Deezer, JOOX, serta Yonder Music. (Fik/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya