Sophie Navita Pencerita Andal Bertutur Kegembiraan

Retno Hemawati
24/8/2016 02:30
Sophie Navita Pencerita Andal Bertutur Kegembiraan
(MI/ARYA MANGGALA)


SETAHUN lamanya presenter televisi dan holistic health coach/chef Sophie Navita Simanjuntak, 40, bergelut dengan penggarapan buku. Akhirnya September mendatang buku itu bakal siap dirilis. Jangan salah sangka, Sophie tidak akan menyuguhkan resep raw food sebagai menu utama karena dia meluncurkan buku Hati yang Gembira adalah Obat. Dia membuka pembicaraan selama ini dirinya ialah pencerita yang andal dan membuat betah siapa pun lawan bicaranya, termasuk audiens. "Seandainya saya diberi kesempatan untuk berbicara di sebuah stadion, sehari penuh saya bisa berbagi banyak cerita. Saya punya bakat itu," kata dia dalam wawancara khusus dengan Media Indonesia, Senin (22/8). Hal itu mendorong sekaligus menantangnya untuk mewujudkan buku yang menyertakan secubit tulisan sahabatnya, Artika Sari Devi, 36, dan Indra Herlambang, 40, itu. "Karena saat meluncurkan e-book responsnya bagus, saya yang bertahun-tahun ditempa di dunia televisi, MC, dan presenter kemudian ingin tantangan lain. Kalau saya menulis, apakah orang masih akan memperhatikan atau enggak," kata Sophie yang bakal menimba ilmu nutricional medicine secara akademik di Australia.

Selama ia menulis, banyak pula rintangan yang telah dapat dilaluinya. Salah satunya ialah konsentrasi dan fokus. Untuk mendapatkan keduanya, dia mengaku memilih waktu saat kedua anaknya tidur, saat dini hari, atau sementara harus meninggalkan keluarga. "Ya saya kadang harus menginap di hotel satu atau dua malam untuk 'semedi', tidak keluar kamar sama sekali. Makanan dikirim, ponsel mati, dan tulisan 'Jangan Diganggu' di depan kamar dipasang," kata istri musikus Pongki Barata itu.

Dia juga bertutur, kedua orangtuanya yang sakit bersamaan pada awal tahun ini menjadi pemicu dirinya menulis buku setebal 200 halaman itu. "Ternyata saya sangat terpengaruh. Saya mengurus. Pokoknya kalau ada yang pernah bilang pikiran itu bisa makan badan, itu benar. Saya makan, tapi tidak nikmat, semakin tidak gembira," jelasnya. Ketidakgembiraan itulah yang kemudian mengubah haluan penulisan buku yang sedianya berisi buku resep menjadi buku yang sarat dengan kisah kegembiraan dan penerimaan diri. "Saya terlihat seakan-akan sehat karena apa yang saya makan sehat. Makanan itu tidak menjadi jaminan karena yang penting itu ialah pikiran," kata Sophie yang pada awal 2016 bersama keluarganya pindah ke Bali.

Momentum keterbukaan
Hadirnya buku itu juga berarti Sophie berani terbuka. Sophie yang selama ini dikenal perfeksionis, selalu ceria, multitalenta, dan perempuan yang sibuk, ternyata juga seorang yang mudah sedih dan khawatir. "Itu saya tuliskan juga dalam buku. Saya deg-degan sebenarnya karena menunjukkan siapa diri saya sebenarnya kepada dunia. Saya punya juga hari-hari buruk dan 'hantu-hantu' yang saya jumpai setiap hari, sama dengan semua orang," ucap Sophie yang gemar berbagi buku untuk orang lain. Meski demikian, dia buru-buru menampik bahwa menjadi orang yang mudah sedih dan khawatir itu juga mempunyai sisi positif. "Positifnya orang seperti itu mudah berempati, tidak hanya bersimpati. Itu yang saya ambil dan saya bagikan kepada orang lain." (Khairullah Mustafa/H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya