Mempertemukan Jazz dengan Mahakarya Nenek Moyang

Liliek Dharmawan
14/8/2016 06:00
Mempertemukan Jazz dengan Mahakarya Nenek Moyang
(MI/LILIEK DHARMAWAN)

LANGIT cerah sehingga cahaya benda-benda langit terlihat jelas. Angin sesekali menerpa pada dataran di ketinggian di atas 2.000 meter di atas pemukaan laut (mdpl), tepatnya di Kompleks Candi Arjuna, Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah (Jateng), akhir pekan silam. Suhu sekitar 10 derajat celsius membuat mereka yang memenuhi lapangan depan Kompleks Candi Arjuna mengenakan jaket lengkap dengan sepatu, sarung tangan, dan tutup kepala. Kehangatan agak terasa ketika mereka sesekali mengikuti lantunan syair yang didendangkan para musikus di Jazz Atas Awan 2016. Suara cukup bergemuruh ta tkala salah satu lagu Coldplay berjudul Fix You yang diubah dengan komposisi jazz.

Suasana benar-benar syahdu ketika mereka bersama-sama menyanyikan ...When the tears come streaming down your face, when you lose something you can't replace, when you love someone, but it goes to waste, could it be worse? Lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try ti fi x you..... "Asyik pokoknya. Kalau biasanya menonton jazz itu kesannya elite, tidak demikian di Jazz Atas Awan. Lihat saja, semuanya hampir seragam, bahkan ada yang mengenakan sarung. Apalagi, suasananya dingin dan damai seperti ini. Tidak heran kalau jazz ini di negeri atas awan," kata Dimas, 35, warga Purwokerto yang ikut larut mengikuti musik jazz. Ia mengaku sebetulnya tidak terlalu paham mengenai musik jazz. Namun, ternyata musisinya cukup kreatif untuk menampilkan lagu-lagu terkenal yang sebelumnya diaransemen ulang dengan musik jazz.

"Jadi agak bisa mengikuti lagu-lagunya, meski sebetulnya saya tak terlalu akrab dengan musik jazz. Yang penting, saya dapat menikmati," katanya. Meski grup-grup band yang tampil bukanlah kelas wahid di industri musik Tanah Air, tetapi penampilan mereka tidaklah mengecewakan. Suara gitar, betotan bas, gebukan drum, serta lengkingan suara vokalisnya cukup membuat penonton terpesona.

Itu dapat dilihat dari penampilan Tesla Manaf, Jessica Lokollo, Five Percent, MLD Jazz Project, Glanze, Bunga Jingga, dan GNFI feat Dawai. Meski mereka hanya tampil 15 menit, tetapi cukup menggetarkan penonton. Pada penampilan malam kedua, tampil Kikil's Band, Jess Kiding, Absursnation, Secret Project, dan Srinthil Band. Anji, mantan vokalis Drive, juga tampil pada malam kedua Jazz Atas Awan tersebut. Pada akhir Jazz Atas Awan, Kailasa Band mendendangkan lagu Negeri di Awan dan menutupnya dengan Indonesia Pusaka. Dua vokalis, Kailsana Band Fani dan Leny yang melagukan Indonesia Pusaka itu menjadi pertanda dimulainya penerbangan lampion secara bersama-sama oleh penonton.

Anglo

Kehangatan suasana Jazz Atas Awan itu juga dirasakan pengunjung asal Jakarta, Lelly, 25. "Kami tidak hanya disuguhi tontonan yang asyik, tetapi udara dingin menusuk tulang juga menjadi bagian dari keeksotisan suasana di sini. Apalagi, setiap kelompok pengunjung diberi tempat bakaran (anglo). Kami juga diberi bekal kentang untuk dibakar. Jadi sambil menikmati musik jazz, bisa bakar kentang," ungkapnya. Penggagas Jazz Atas Awan, Budhi Hermanto, mengatakan para penonton musik jazz tidak hanya melihat penampilan para musisi.

Panitia telah menyiapkan anglo untuk bakaran kentang. Jadi, pentas musik jazz ini dikembalikan pada khitahnya karena sesungguhnya jazz ialah musik kaum proletar. "Mereka yang datang tidaklah berpakaian rapi seperti pementasan jazz di kotakota, namun para penonton banyak yang mengenakan sarung," ujarnya. Budhi mengungkapkan Jazz Atas Awan dimulai 2013. Buah pikirannya untuk mempertemukan peradaban di Dieng. "Kalau candi kan benda mati sehingga kalau mau dikembangkan seperti apa, tidak bisa kan? Karena itu, ada ide untuk menggelar pementasan musik. jazz akhirnya menjadi pilihan dan digelar di depan candi.

Panggung belakang jazz sengaja dibiarkan terbuka sehingga ketika menonton musisi jazz bermain dari depan, di belakangnya tampak bangunan Candi Arjuna," katanya. Untuk Jazz Atas Awan 2016, ada dua sesi pergelaran jazz, yakni pada Jumat dan Sabtu (5-6/8) malam. Ternyata banyak sekali musikus jazz yang ingin tampil. "Kalau ditanya, siapa bintang jazz-nya, saya katakan, semuanya bintang. Kami memang mengakomodasi kelompok- kelompok jazz daerah untuk tampil. Bayangkan, ada 84 musikus yang berminat tampil. Makanya, kami menyediakan dua malam untuk pergelaran Jazz Atas Awan tersebut.

Salah satu musisi yang terkenal adalah Anji yang tampil pada malam keduanya," ujar Budhi. Pada Jumat malam, Jazz Atas Awan dilengkapi dengan pesta kembang api dan malam keduanya lebih lengkap dengan menerbangkan lampion. Sebuah suasana yang tentu saja membuat hangat suasana meski suhu pada Dataran Tinggi Dieng di bawah 10 derajat celsius. (M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya