Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
KENYATAAN banyak pensiunan atlet yang kurang mendapat perhatian menyentuh para sineas dalam melahirkan karya. Salah satunya penulis Swastika Nohara yang mengangkat kisah tiga atlet panahan era 1980-an yang berhasil mendapatkan medali perdana di Olimpiade Seoul 1988.
Kisah bermula dari kegagalan Donald Pandiangan (alm) yang akrab disapa Bang Pandi delapan tahun sebelumnya ke Olimpiade Moskow, Rusia, karena Indonesia memboikotnya lantaran kondisi politik saat itu. Atlet yang dijuluki Robin Hood Indonesia itu pun menghilang dari peredaran dunia olahraga.
Angin segar berembus kembali ketika Olimpiade Seoul memberikan peluang terhadap atlet panahan Indonesia untuk bertanding di ajang olahraga paling bergengsi itu. Organisasi panahan bergerak cepat untuk mencari Bang Pandi yang dianggap paling tepat menjadi pelatih grup putri.
Para atlet panahan putri dari berbagai daerah ikut melakukan seleksi sampai akhirnya terpilih tiga srikandi. Mereka memiliki latar belakang keluarga yang berbeda dengan permasalahan hidup masing-masing yang menjadi kisah menarik dalam film ini.
Bersama sang sutradara, Iman Brotoseno, dan rumah produksi Multivision Plus (MVP), Swastika mengangkat kisah dan perjuangan mereka dalam mendapatkan medali menjadi film bergenre sport drama. Ada banyak kisah romantis yang juga membalutnya, sesuai dengan judul film, 3 Srikandi.
Sang penulis mengaku, demi peruntukan konten dan drama dalam film, ia memutuskan tokoh sang pelatih, Bang Pandi, diperankan Reza Rahadian.
Beragam daerah asal tiga srikandi dan lokasi pelatnas, termasuk Korea Selatan, menjadi latar film ini. Produksi pun cukup detail dengan mendekatkan nuansa 1980-an, mulai keadaan orang yang hidup di era tersebut, kostum, dan suasana kota yang lengkap dengan ciri khas bangunan-bangunannya.
Sejak 2014, Swastika telah meriset tiga atlet itu. Mereka Nurfitriyana Saiman asal Jakarta yang diperankan Bunga Citra Lestari sebagai atlet senior panahan putri, lalu Kusuma Wardhani asal Makassar yang diperankan Tara Basro dengan pribadi yang gigih dan sayang kepada keluarga. Terakhir, Lilies Handayani asal Surabaya diperankan Chelsea Islan yang berkepribadian ceria tapi memiliki masalah cukup berat.
“Faktanya sekarang mereka tidak lagi dikenal. Saya ingin mengangkat perjuangan mereka saat mengharumkan nama Indonesia karena menjadi peraih medali perdana di ajang Olimpiade,” paparnya kepada Media Indonesia dalam perbincangan beberapa waktu lalu.
Dampak
Beragam ekspresi diperlihatkan para tiga srikandi saat dihubungi Swastika. Ada yang terharu hingga menangis dan ada pula yang senang masih dihargai. Lebih lanjut, Swastika mengatakan saat mereka ditemui, kondisi tiga srikandi ini tergolong cukup cakap dalam mengelola masa depan.
Mereka ada yang pegawai negeri, pegawai bank, dan memiliki sanggar panahan sendiri. Mungkin karena mereka perempuan jadi lebih teliti mengurus masa depan. Beda halnya lagi dengan Bang Pandi, keluarganya hidup dalam rumah yang sederhana di Cibubur.
Rupanya pembuatan film ini membawa dampak baik bagi olahraga panahan. Berkat aktifnya posting-an foto latihan memanah dari para tokoh yang membintangi 3 Srikandi di media sosial, kini masyarakat urban menjadikan olahraga panahan sebagai kegiatan yang mengasyikkan.
Film yang semula dirilis Desember tahun lalu itu terpaksa diundur satu hari jelang pembukaan Olimpiade Rio 2016, 5 Agustus lalu. Apa yang dilakukan para sineas ini diharapkan bisa berdampak nyata pada masa depan olahragawan dan apresiasi masyarakat Indonesia, baik dalam hal semangat untuk berjuang demi negara di kancah olimpiade hingga ketidakengganan masyarakat memberikan apresiasi kepada atlet untuk sama-sama memajukan dunia olahraga. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved