Film ialah Upaya Menangkap Waktu

Putri Rosmalia Octaviyani
04/8/2016 00:40
Film ialah Upaya Menangkap Waktu
(DOK PRIBADI)

BAGI sutradara, produser, penulis, juga aktor Richard Oh, 56, membuat film bukan sekadar memadukan keahlian secara teknik. Bagi­nya, membuat film ialah upaya menangkap waktu. Membuat penonton melepas dimensinya untuk masuk ke film menjadi ukuran keberhasilan setiap film.“Karena estetika dalam membuat film tidak sekadar memberikan sajian yang sebenarnya seperti mencoba mengarahkan penonton dalam berekspresi. Butuh lebih banyak upaya dan inovasi di dalamnya,” ungkap Richard dalam acara launching trailer film terbarunya, Terpana, di Reading Room, Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (3/8). Richard mengungkapkan, dalam perjalanan kariernya di dunia film, ia selalu berusaha untuk menyajikan tontonan yang dianggapnya tidak biasa. Tidak biasa baginya ialah tontonan yang tidak melulu diwarnai adegan-adegan khas setiap genre film yang mudah ditebak.

“Percuma buat film yang sudah pernah dibuat oleh orang lain berulang-ulang. Banyak hal yang dapat dieksplorasi dari proses pembuatan film,” tutur lelaki penggagas penghargaan sastra Khatulistiwa Literary Award yang kemudian berganti nama menjadi Kusala Sastra Khatulistiwa itu. Salah satunya seperti yang berusaha ia sajikan dalam film terbarunya, Terpana. Melalui film tersebut, ia mengaku berusaha menyajikan film cinta yang berbeda dengan kisah cinta pada umumnya. “Saya tidak mau pakai plot yang sudah basi. Dalam film ini, saya berusaha mengikis semuanya, tetapi tetap membuatnya terlihat menarik,” ungkap lelaki kelahiran Tebing Tinggi, Sumatra Utara, 30 Oktober 1959 ini. Dalam film yang dibintangi Fachri Albar, Reza Rahadian, dan Poppy Sovia itu, Richard mengaku memberikan sentuhan sains di dalamnya. Hal tersebut disajikan melalui dialog kedua tokoh utama yang kerap mengangkat teori-teori fisika.
“Jadi, itu yang membuat berbeda meskipun memang untuk menarik perhatian terhadap film yang agak berbeda masih cenderung sulit di Indonesia,” ujar Richard. Film itu secara garis besar bakal menceritakan sebuah peluang untuk mendapatkan cinta.

Pemandangan indah
Film yang diproduksi sejak Januari 2015 dan berlanjut hingga lebih dari satu tahun tersebut juga menyuguhkan pemandangan indah. Beberapa lokasi utama yang ditampilkan ialah wilayah Berastagi dan Samosir, Sumatra Utara. Dibutuhkan waktu dua pekan untuk pengambilan gambar di sana. Selain di Sumatra Utara, sisanya enam hari digunakan untuk pengambilan gambar di Jakarta. “Banyak lokasi yang kita tidak rencanakan digunakan karena secara tidak sengaja ketemu selagi syuting. Itu yang membuat proses pembuatan film ini juga semakin berkesan buat saya dan pemain,” tutur Richard. Terpana dijadwalkan akan mulai tayang di bioskop Tanah Air pada akhir 2016. Saat ini, Richard juga mengatakan tengah menyiapkan film tersebut untuk dikirim ke beberapa festival film internasional. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya