Belajar Bahasa Era 1980-an

Fetry Wuryasti
22/7/2016 00:30
Belajar Bahasa Era 1980-an
(MI/RAMDANI)

MESKI baru bermain di film layar lebar lagi setelah 3,5 tahun, artis dan penyanyi Bunga Citra Lestari mengaku tidak mengalami kesulitan yang berarti di film terbarunya, 3 Srikandi, kecuali tantangan bagi dia untuk mempelajari bahasa dan gestur pada 1980-an. "Ini pertama kali saya main film lagi setelah Habibie Ainun, sekitar 3,5 tahun. Jadi, apa pun itu adalah sebuah tantangan untuk saya. Memerankan karakter Yana yang seorang atlet panahan bukan sebuah tantangan karena dia sendiri berasal dari Jakarta. Mungkin yang menjadi tantangan adalah memperagakan bagaimana cara berbicara anak-anak pada 1980-an," ujar aktris berusia 33 tahun itu di Jakarta, Rabu (20/7). Anak muda era 1980-an, kata Bunga, punya slang-slang kata tertentu dalam bahasa sehari-hari, seperti brokap untuk berapa, boil untuk mobil, spokat untuk sepatu, androk untuk rok, dan giwang untuk anting yang besar-besar.

"Itu yang harus saya pelajari meskipun setiap mengucapkan saya akan terbahak karena bukan pada eranya. Padahal, kalau di generasi saya itu bakal jadi bahan lawakan weyy eighties banget nih kita," guraunya. Untuk mendalami sosok orang yang hidup di tahun itu, Bunga mempelajarinya dari sang sutradara, Iman Brotoseno, salah satu aktor senior yang sedang berjaya di masa muda pada 1980-an, Donny Damara, dan teman-temannya yang telah remaja di tahun itu, seperti Indra Birowo. "Bahkan, Donny cara berbicaranya sering kali masih di era masa jaya dia. Selain itu, saya juga harus mencocokkan fesyen di era 1980-an, lengkap dengan eyeshadow hijau, rambut keriting mengembang, dan menggilai artis Onky Alexander yang sedang booming dengan Catatan si Boy," lanjut Bunga.

"Jadi, kalaupun ceritanya saya dalam karakter itu berasal dari Jakarta, tidak bisa terdengar seperti anak Jakarta zaman sekarang. Itu challenge-nya (tantangan). Bagaimana cukup convincing atau meyakinkan kalau saya memperagakan bukan saat ini, melainkan 30 tahun yang lalu. Untungnya di sini saya berperan sebagai 3 Srikandi paling tua sehingga masih relate (terhubung) juga dengan 1980-an walaupun saat itu saya baru lahir," imbuhnya.

Tidak sepenuhnya meniru
Bunga mengakui dirinya tidak merasa perlu sepenuhnya meniru sosok asli orang yang dia perankan sebab masing-masing akan memiliki interpretasi sendiri dalam sosok itu. "Jujur, saya tidak pernah berpikir, misal untuk menjadi atlet atau persis seperti Yana. Pola pikir dan jiwa saya sudah seperti atlet, kompetitif, bersemangat, agresif, tidak mau kalah berjuang. Buat memasukkan pemikiran atlet lebih ke body language cara berjalan seorang atlet. Soalnya tanpa sadar, cara jalan saya sering kembali bak model. Padahal, seharusnya jalannya menjadi atlet. Suka terlepas di awal-awal syuting," katanya.

Namun, bukan berarti Bunga tidak melakukan usaha karena tidak mempelajari sejarah dan riset, tetapi ia tidak ambil pusing dalam memerankan karakter yang ternyata ia suka dan dia yakin bisa. "I believe in my heart. Saya baca, suka, dan kayaknya bisa. Kemudian diskusi dengan sutradara, akting, coach, lihat cast-nya. Lalu saya jalani. Tidak sampai riset menggila. I'm doing with my heart, tidak di pikiran. Mungkin dengan pengetahuan saya yang tidak banyak, saya menjadi lebih santai. Memang tetap berusaha lebih baik, tapi saya mengenali kapabilitas diri. Yang diperlukan itu kejujuran rasa. Yang saya lakuin tidak mikir di otak, tapi dari hati. Itu saya terapkan di kehidupan pribadi maupun karier," pungkasnya. Film 3 Srikandi akan tayang secara nasional pada 4 Agustus 2016. (H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya