Dapatkan Dukungan di Indonesia

RETNO HEMAWATI
13/7/2016 01:00
Dapatkan Dukungan di Indonesia
(MI/PERMAN)

PEDANGDUT asal Singapura, Rosalina Musa, 45, bersyukur diterima di Indonesia. Rosalina juga percaya sebuah rezeki tidak akan tertukar sehingga ia tak terlalu ngotot untuk mengejarnya hingga mengorbankan keluarga. Kesibukannya makin padat sehingga harus lebih sering berada di Jakarta ketimbang bersama buah hati, Wildan Mohd Farid, dan sang suami, Farid Boy. “Saya sempat mena ngis karena kangen dengan anak dan suami. Beruntung sa ya diizinkan pulang oleh pihak stasiun televisi itu dan berjanji akan datang kembali.

Saat itu, secara mental, saya belum siap,” kata Kak Ros, demikian namanya sering disebut, saat berkunjung ke Media Indonesia, beberapa waktu lalu. Sesampainya di Singapura dan berjumpa dengan suami, dia justru diingatkan untuk terus maju. “Kata suami saya, berkarya di Indonesia adalah kesempatan karena bertahuntahun berjuang di Singapura, saya tidak mendapatkan dukungan,” katanya. Agar tetap harmonis dan mengobati kangen, dia pun pulang setiap akhir pekan.

Dia kemudian bercerita perjalanannya menjadi penyanyi dangdut di ‘Negeri Singa’ yang sangat sulit. Dangdut menjadi musik warga kelas bawah dan jarang dipertontonkan di area publik. “Dangdut di Singapura tidak seperti di Indonesia. Kami hanya bisa bermain di kelab tertentu dan dianggap musik kelas bawah karena liriknya yang kurang pantas, goyangnya yang seronok, dan sawerannya yang sering diselipkan di sana-sini,” tuturnya dengan suara khas Melayu disertai tawanya yang renyah. Dia pun ingin mengubah pandangan itu meskipun butuh proses. Dia merasa terlampau kecil untuk memberikan pandangan bahwa dalam dangdut masa kini juga ada lirik untuk keluarga, ibu, dan religi. “Jadi dangdut tidak identik dengan porno dan seksi semata.”

Tolak lagu
Kak Ros juga pernah menolak sebuah lagu berjudul Aduh Sakit, Aduh Pedih untuk dinyanyikan di negeri kelahirannya. “Saya malu menyanyikan lagu itu karena li riknya bermakna ganda sehingga saya minta untuk diubah.” Tidak itu saja, meski menjadi penyanyi dangdut, dia juga menolak untuk tampil dengan tampilan yang terbuka dan tak sopan. Kak Ros berupaya keras untuk menjaga kesopanan.

Kostum panggung pun hanya dikenakan saat di atas panggung. Selepas itu dia langsung mengenakan jaket atau kain untuk menutupi. Meski berbeda dengan penyanyi lain, hal itu tidak menjadikan dirinya kehilangan peng gemar. “Saya justru membantu pemilik kelab yang hampir bangkrut mampu melunasi utangnya karena penampilan saya mampu mengundang banyak penggemar datang. Itu pun masih membuat iri penyanyi yang lain,” kata dia.

Waktu berjalan, dia akhirnya memutuskan untuk tidak lagi tampil di kelab karena tidak ingin membuat yang hadir di kelab semakin banyak mengonsumsi minuman keras. Kak Ros yang mulai menyanyi di usia 17 tahun mengaku sangat menyukai penyanyi dangdut Indonesia Elvy Sukaesih, 65. Menurutnya, Elvy merupakan pedangdut yang ideal. “Saya suka mendengarkan Rhoma Irama dan menyaksikan Elvy Sukaesih. Saya melihat Elvy itu sebagai penampil yang genit, tetapi tidak menggoda. Dia punya kemampuan menghibur, nyanyiannya juga asyik. Saya juga suka Ahmad Albar dengan lagunya Zakia, itu rock, tapi dangdut,” tutup dia. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya