Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
SUDAH kali ketiga komponis dan pianis kenamaan Ananda Sukarlan, 48, mendapatkan kesempatan menggarap musik untuk Presiden ketiga Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie, 79.
Kali ini dia bakal menggubah pidato dan doa-doa BJ Habibie dalam rangka ulang tahunnya yang ke-80.
Pada saat ulang tahun Habibie pada Sabtu (25/6), ayah dua anak, Ilham Akbar dan Thareq Kemal, itu justru akan memberikan kado istimewa untuk almarhum istri sang mantan presiden, Hasri Ainun Besari, yang meninggal pada 22 Mei 2010.
"Pertama kali Pak Habibie minta saya membuat musik itu dua tahun yang lalu. Yang pertama bicara soal cinta, yang kedua kemudian dikaitkan juga dengan teknologi sehingga ada permainan tempo yang 'menggambarkan' seolah mesin pesawat terbang akan take off, yang ketiga ini untuk ibu," kata Ananda saat dihubungi Media Indonesia, kemarin.
Ibu yang dimaksud ternyata bukan hanya Ainun, melainkan juga untuk Ibu Pertiwi.
"Saya menggubah pidato dan doa-doa Habibie ke dalam musik, baik tentang cintanya ke Ibu Ainun maupun tentang visinya terhadap Tanah Air. Karya ini akan diberi judul An Ode to the Nation untuk tenor, paduan suara anak, dan orkes kamar," jelas dia.
Widhawan Aryo Pradhita ialah penyanyi tenor yang dipercaya untuk menyanyikannya.
Dia pemenang kompetisi vokal Tembang Puitik Ananda Sukarlan yang telah sukses memerankan sang polisi di Opera Clara, sedangkan paduan suara anak-anak Unity Children Choir ialah yang akan bergabung beserta orkes pimpinan Ananda Sukarlan sendiri.
Ananda kemudian bercerita soal riset untuk karya musiknya.
"Saya meriset dari materi pidato Habibie untuk generasi muda, kemudian ada satu puisi yang dibacakan saat 1.000 hari meninggalnya Ibu Ainun berjudul Manunggal, dan juga mengeksplorasi musik etnik Sumatra, terutama Jambi dan Riau," kata dia.
Kecocokan antara Ananda dan Habibie sudah tidak mungkin lagi dimungkiri.
Menurut Ananda, hal itu disebabkan dirinya berkarya di jalur musik klasik.
"Itu sama dengan Habibie yang juga menyukai musik klasik Eropa. Hanya, saya kemudian mampu memasukkan unsur-unsur musik Nusantara sehingga bisa menghasilkan identitas baru musik klasik Indonesia," kata komponis penghasil banyak diskografi itu.
Lebih lanjut, Ananda menerangkan musik klasik Indonesia inilah yang kemudian laku untuk 'dijual' di luar negeri.
"Indonesia banyak memiliki pemusik klasik, tetapi tanpa identitas karena mereka memainkan karya komponis luar negeri yang sudah terkenal."
Untuk itulah kemudian dirinya memasukkan nada pentatonis Jawa ke musiknya meskipun masih menggunakan piano.
Kesetiaan
Pianis yang tinggal di Spanyol itu belajar banyak tentang kesetiaan pada Habibie.
Dia bertutur, melalui Habibie dan menggarap karya Manunggal, dirinya paham bahwa apa yang dinamakan dengan kesetiaan itu tidak akan pudar meskipun telah berbeda wujud.
Dia bercerita Habibie bahkan menghitung dengan detail telah berapa lama dia ditinggalkan Ainun.
Akhir pekan ini Ananda akan kembali ke Spanyol untuk mengantarkan putri tunggalnya, Alicia Pirena, mencari perguruan tinggi.
"Saya kan mengantar dan menemani Alicia untuk menjalani tes masuk perguruan tinggi. Dia ingin ambil jurusan matematika, bukan sekolah musik," tutup dia. (H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved