Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
MUSISI sekaligus Sekjen Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu, dan Pemusik Republik Indonesia (PAPPRI) Dwiki Dharmawan menilai musik jazz di Tanah Air kini mulai bangkit kembali mengulangi masa-masa kejayaan yang pernah terjadi pada 1950-an, saat industri musik dikuasai oleh musisi jazz.
"Menurut cerita ibu saya, waktu saya umur 8 tahun, musik yang populer di Indonesia pada 1950-an itu musik jazz. Orang-orang jazz menguasai musik Indonesia. Ternyata betul, setelah saya mempelajari memang pada masa itu musik jazz mengalami masa keemasan," kata Dwiki, dikutip Selasa (20/9).
"Saya mengalami tahun 80-an, fusion yang dulu kita mainkan disukai juga oleh para remaja. Kemudian waktu Krakatau belum punya album, belum menang festival, baru berdiri kita sudah bawakan lagu-lagu jazz instrumental, tanpa vokalis, dan sudah punya penggemar. Dan milenial serta Gen Z, mereka sekarang menyukai jazz tapi yang fusion, bukan yang mainstream. Jadi kayaknya balik lagi (ke masa kejayaannya)," lanjut Dwiki.
Baca juga: Indonesia, Negara dengan Jumlah Fans K-Pop Terbanyak di Dunia
Dwiki juga mengatakan, saat ini, kebanyakan orang yang tertarik untuk belajar di Farabi Music School, sekolah musik yang dia dirikan, karena melihat guru-guru di sekolah tersebut mengajarkan musik jazz.
"Jadi kalau di sekolah musik kami, Farabi Music School, banyak yang datang karena melihat guru-gurunya bisa mengajarkan jazz. Jadi banyak yang mau belajar jazz," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Anbiya Nawfal selaku founder komunitas Jazzversity juga mengatakan hal senada.
Menurutnya, kebangkitan jazz Tanah Air saat ini ditandai dengan semakin banyak anak muda yang mengetahui nama-nama musisi jazz Indonesia beserta karyanya.
"Culture jazz ini, menurut aku, sudah cukup populer banget. Teman-teman aku pun yang bukan pecinta musik, mereka tahu Barry Likumahuwa itu musisi jazz atau Indra Lesmana itu musisi jazz. Padahal dia jarang banget ngikutin musik," ujar Nawfal.
Menurut Nawfal, hal tersebut terjadi karena saat ini festival musik jazz sudah banyak digelar. Bahkan, jazz menjadi genre musik yang tidak pernah ketinggalan dalam penyelenggaraan setiap event di Indonesia dan selalu memiliki banyak penonton.
"Ini yang membuat anak muda semakin tahu. Di kalangan temen-temen aku pun, banyak yang enggak main musik, bahkan enggak suka musik jazz, tapi mereka senang banget datang ke festival," imbuh Nawfal. (Ant/OL-1)
GAIA Music Festival: Jazz in The Valley 2024 akan digelar pada 3–4 Agustus 2024 di The Gaia Hotel Bandung.
DUO jazz Dua Empat merilis single anyar mereka berjudul Isn’t It Romantic? pada Jumat, (28/6/2024). Single tersebut akan menjadi pembuka dari album kelima mereka.
Pada edisi tahun ini, Jazz Gunung Bromo juga menghadirkan program baru untuk mewadahi para talenta muda yakni Bromo Jazz Camp
Sebelumnya, More Than Jazz Art sudah digelar tiga kali pada 2023 di Barley & Barrel, ARTOTEL Suites Bianti, Yogyakarta.
Pada kegiatan ini The Papandayan berkolaborasi dengan Erasmus Huis dan Australian Institute of Music.
Festival musik ini merupakan yang pertama kali diadakan di jalanan dengan memberikan keseruan melalui pertunjukan para musisi jazz terbaik dengan suasana perkotaan kawasan Blok M.
TANPA harus dilabeli dengan sebutan lagu religi, musik akan selalu memiliki peran besar dalam media dakwah
Tahun lalu, Rumah Zakat memberdayakan 1,5 juta penerima manfaat,
Kondisi itu mengulangi masa kejayaan musik jazz yang pernah terjadi pada 1950-an. Pada masa itu, industri musik dikuasai oleh musisi jazz.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved