Belajar Jatilan di Gunung Kidul

AKTOR fi lm Indonesia, Ade Firman Hakim, 27, dengan sukarela belajar jathilan (jatilan) di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), untuk keperluan peran dalam fi lm berjudul Ibu. Jatilan merupakan kesenian rakyat yang dikenal di DIY dan sebagian Jawa Tengah itu juga dikenal dengan sebutan kuda lumping, kuda kepang, ataupun jaran kepang. “Durasi produksi fi lm saat ini semakin singkat. Jadi, sebagai aktor bagi saya perlu untuk meriset sendiri perannya agar roh dari cerita yang ingin disampaikan masuk,” kata Firman kepada Media Indonesia di Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (20/6).

Selain belajar di bawah arahan koreografer Elly D Luthan, 63, dari Deddy Luthan Dance Company, dia juga berguru pada pemain asli jatilan di sana. Dia pun bercerita untuk mendalami peran sebagai penduduk Gunung Kidul asli, selama dua pekan dia tinggal di sebuah rumah meskipun dia sebenarnya punya pilihan untuk beristirahat di hotel yang berjarak tempuh 45 menit dari lokasi syuting. Selain pemilik rumah yang disebut sebagai pakde dan bude pemilik rumah, hanya dirinya dan aktris senior Christine Hakim, 59, yang tinggal di rumah itu.

Ia memang berkolaborasi dengan Christine Hakim yang akan berperan sebagai ibu. Firman akan memerankan Banyu, anak pertama yang memiliki dua adik, Gendhis dan Satrio. Kolaborasi itu bagi Firman merupakan harapan yang menjadi nyata. “Ini ialah salah satu kebahagiaan saya. Keinginan lama saya yang dikabulkan oleh Allah. Saya banyak belajar banyak sekali dari Ibu Christine. Aktor baik teater maupun fi lm itu harus mempunyai jiwa yang rendah hati,” katadia. Menurutnya, sifat rendah hati itu diperlukan karena seorang aktor harus bisa berperan sebagai siapa saja, bahkan harus bisa melepaskan atribut yang melekat sebagai seorang aktor atau aktris yang terkenal.

“Bahkan seorang Christine Hakim saja selama di Gunung Kidul itu mesti bangun subuh, memasak, dan mencuci baju sendiri,” kata dia. Film yang akan dirilis pada akhir tahun ini tersebut ingin menyampaikan pesan yang sangat menyentuh hati. Firman yang awalnya bercita-cita menjadi penyanyi menyampaikan fi lm Ibu menyadarkan kita saat punya kekuasaan, jabatan, dan uang, seorang anak sering lupa pada ibunya. “Bahkan untuk sekadar telepon saja kadang tidak sempat, padahal ibu itu kan hanya ingin dekat dengan anaknya, makan bersama misalnya, atau ditemani. Ibu itu pembohong yang baik untuk anak-anaknya, orang yang sepertinya tegar, padahal tidak demikian.” (H-5)