Memasak sebagai Terapi

Fetry Wuryasti
15/6/2016 00:20
Memasak sebagai Terapi
(MI/SUMARYANTO)

PEMAIN sinetron, bintang film, produser, dan sutradara, Lola Amaria, 38, mengeksplorasi kemampuan lain yang akhirnya bertumbuh menjadi bisnis. Rupanya dia mempunyai hobi memasak. Hobi itu dijadikannya sebagai terapi di antara kesibukannya. "Ini hobi saya yang kedua setelah film. Ketika saya merasa stres, saya beralih ke memasak. Lama-lama menjadi keterusan," ujarnya saat peluncuran Rumah Makan Nasi Pedes Cipete di Jalan Cipete Raya Nomor 8, Jakarta Selatan, Senin (13/6).

Diakui Lola, dia lebih menyukai eksperimen masakan Indonesia karena aneka rempah-rempahnya. Itu terlihat dari aneka nasi yang dia coba masak, seperti nasi kencur, nasi kluwek, dan nasi kunyit. Selain ragam nasi, Lola juga menemukan resep unik lain, sebut saja ayam kecombrang, kulit ayam pedas, juga paru dan lidah ketumbar. Dia menjamin, makanan yang dibuat olehnya dibuat dari bahan-bahan yang segar, termasuk rempahnya. "Sering orang-orang terdekat saya menganggap aneh masakan saya. Setelah saya suruh mencicipi terlebih dahulu rasa masakan dan aneka sambal, baru setelah itu mereka suka," tuturnya.

Menurutnya, makanan dari rempah asli Indonesia yang dikombinasi dengan bahan segar lainnya, bila benar cara mengolahnya, hasilnya tidak akan kalah lezat dengan makanan luar negeri ataupun restoran. Dia kemudian bercerita, mulai suka berlama-lama di dapur sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. "Sejak SMA saya suka mengolah bahan-bahan yang ada di dapur. Apalagi saat pernah tinggal di luar negeri, sangat terasa apabila membeli makan dan tidak memasak. Sementara itu memasak bisa sesuai kebutuhan, makanan dihabiskan, selesai. Sekali makan di restoran itu setara dengan makan 3-4 kali kalau memasak," jelasnya. Dia juga ingin agar restoran yang menjadi bisnis baru baginya mampu membuat orang nyaman untuk berlama-lama berada di sana. Dia membuat restoran itu bagaikan rumah, dari interor hingga menu. "Saya ingin yang datang ke restoran ini seperti sedang makan di rumah sendiri."

Analogi film
Baginya memasak sama seperti membuat film, yakni hobi yang bila diseriusi bisa disalurkan menjadi bisnis. Lola menegaskan, "Memasak adalah hasil hobi yang keterusan, profesi saya tetap pembuat film." Dia mengaku sangat jatuh cinta pada dapur. Dapur menjadi sebuah bagian yang paling dia sukai. "Buat saya, menemukan resep yang unik itu sama dengan menyiapkan sebuah film. Meracik bumbu untuk sebuah resep adalah pekerjaan yang akan menentukan 50% kualitas makanan,” kata juara Wajah Femina 1997 itu. Dengan alasan itulah dia kemudian berpendapat, memasak tidak sekadar memberi cabai agar makanan menjadi pedas. Sama seperti membuat skenario film, di tangan seorang pemasak seperti dirinya, sebuah resep harus diuji coba. "Pemasak juga tidak boleh malu bertanya pada beberapa orang yang ahli di bidangnya," imbuhnya. Meski demikian, ia belum tertarik membuat film bertema makanan. Proyek filmnya sendiri setelah Jingga juga diakuinya masih membutuhkan waktu panjang. "Masih panjang itu proses filmnya. Karena film dokumenter, jadi banyak dokumen dan data yang mesti dikumpulkan. Namun, itu memang bukan film yang harus cepat dirampungkan," tukasnya. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya