Menghayati Tiap Bait Lagu Religi

TIDAK perlu usaha lebih bagi penyanyi kelahiran Bandung yang telah 30 tahun berkarya di dunia musik untuk menarik simpati pendengar lewat lagu-lagu solonya. Walaupun besar bersama grup Kahitna, Hedi Yunus kian produktif dengan karier solonya. Sepuluh album telah dilahirkan sejak 1991. Empat di antaranya album religi bertajuk Istighfar 2003, Ramadhankan Hatiku 2004, Ramadhan Ceria 2005, dan The Best, Religi 2011. Tahun ini Hedi kembali mengeluarkan
karya dengan minialbum bertajuk Shalat.

Dua lagu di dalamnya (Shalat dan Raihlah Kemenangan) di aransemen dan take vocal ulang oleh Hedi. Pengerjaan yang kurang dari sebulan itu dibantu Bambang Purwono (keyboardist Kahitna) dan mixing serta mastering Harry Suhardiman (percussionist Kahitna). Tiga lagu lainnya, seperi Istighfar (ciptaan AA Gym), Shalawat Badar (ciptaan NN), dan Doa (ciptaan Embie C Noer) diambil dari materi album sebelumnya.

Besok sore (13/6) Hedi akan merilis minialbum ini di Hard Rock Cafe, Jakarta, dengan menjagokan single Shalat dan kali ini ia berkolaborasi dengan Yovie Widianto. “Lagu ini pernah ada di album Istighfar, tapi tidak menjadi hit, kali ini saya keluarkan karena mendapat respons baik saat dibawakan setiap manggung dan saya coba aransemen ulang sekaligus membuat vi deoklipnya,” kata Hedi saat berkunjung ke kantor Media Indonesia, Jumat (10/6).

Baginya, lagu religi memiliki nyawa yang begitu besar, terlebih saat dibawakan dalam suasana yang lebih syahdu. “Saya sangat meresapi lirik lagu-lagu religi yang saya buat, apalagi kalau suasananya semakin mendukung untuk menghayati, seperti panggung di halaman masjid,” lanjutnya. Hedi pun meneteskan air mata saat merekam ulang lagu Shalat pasalnya liriknya berdasarkan pengalaman hidupnya. “Saya pikir khatam dengan lagu ini karena sering dibawakan, tapi di tengah rekaman saya ketawa, mengawali tangis saya karena hanyut dengan lagunya. Rencana rekaman 1 sif, jadi 2 sif,” kisahnya.

Rezeki
Dalam nenyikapi banyaknya musikus yang merilis lagu dan album religi di bulan Ramadan, Hedi punya jawabannya sendiri. Baginya, momen ini tidak hanya sekadar menuai rezeki semata, tapi cara untuk bersyukur karena masih dilimpahkan keberkahan dalam berkarya sampai saat ini. Apalagi, Hedi selama Ramadan bisa manggung lima kali sehari. Keberkahan itu antara lain meliputi penjualan digital lagu Istighfar dan Shalat yang dimulai sejak dua tahun lalu dan menjadi cikal bakal minialbum ini. “Bisnis dan ibadah saling berkesinambungan. Dari sisi industrinya, seperti menjadi keharusan untuk merilis karya religi karena beberapa tahun saya rutin membuatnya.

Dua tahun lalu rilis single Doa dan animonya luar biasa. Saya terpacu dengan kesuksesan Doa,” tuturnya. Lebih lanjut ia mengatakan, makna kesuksesan tidak hanya dari penjualan karya saja, tapi saat memanggungkan lagu-lagu itu di hadapan penonton. “Semua bisa nyanyi bersama dan tahu lagu saya, bahkan tadi saat live di televisi, ada kawan lama yang bilang ke saya dia menangis mendengar lagu Shalat, padahal saya sedang dalam kondisi tidak fit,” katanya.

Sementara itu, di album ini juga terdapat lagu yang diperuntukkan saat Idul Fitri. Lagu daur ulang dari album Lebaran (1991) Elfa’s Singer bertajuk Raihlah Kemenangan dibawakan dengan nuansa penuh sukacita menyesuaikan hari kemenangan. Kembali lagu ini berkesan bagi Hedi. “Saya ingin sekali nyanyi lagu bang Elfa, ngobrol dengan istrinya minta izin bawakan lagu Raihlah Kemenangan.

Lagunya nempel banget dan membuat saya jadi terpacu untuk lebih mantap bernyanyi,” kenangnya yang saat itu tengah les vokal bersama Elfa Secioria. Hedi tidak menampik ketika ditanya soal apakah pemilihan lagu ini menjadi siasat untuk memperpanjang usia album religi di bulan Ramadan. “Momen halalbihalal kan harusnya penuh sukacita. Dengan lagu ini saya berharap juga bisa mendapatkan jadwal manggung. Kalau mengandalkan lagu religi Ramadan terlalu syahdu, tidak sesuai dengan nuansa hari kemenangan,” harapnya. (M-5)