Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
RAMADAN sudah di depan mata. Sejumlah sinetron yang tayang saat prime time mulai melakukan penyesuaian. Nuansa bulan suci pun dimasukkan ke alur cerita. Salah satu yang memasukkan unsur itu ialah Anak Jalanan. Sutradara sinetron Anak Jalanan, Agus Bhakti, saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (3/6), mengatakan sengaja menyelipkan unsur dakwah yang disesuaikan dengan momentum Ramadan, tapi tidak melupakan kisah utama sinetron itu. “Puasa itu sisipan nuansa saja kalau cerita sedang masuk bulan puasa. Kita kondisikan waktunya sama dengan penonton, tidak ada strategi khusus agar dapat penonton, hanya bagaimana menangkap aspirasi dan kebutuhan masyarakat yang beriringan dengan cerita yang diarahkan,” tuturnya.
Kisah-kisah Ramadan pun akan disesuaikan dengan karakter Anak Jalanan. “Mungkin akan dikemas dengan sahur on the road karena anak jalanan identik dengan motor. Ada anak jalanan seperti musafir. Melakukan kebaikan itu perlu contoh yang buruk. Dalam Alquran juga tidak semua hal baik diceritakan. Untuk menjadi contoh pembelajaran umat,” tambahnya. Dakwah yang disampaikan dalam sinetron juga dijalankan para artis dengan serius. Akbar mengaku, secara tidak langsung, hal itu berpengaruh terhadap kehidupan nyatanya karena sebagai pertanggungjawaban terhadap citra yang muncul di masyarakat.
“Sebelum Ramadan di Anak Jalanan juga ada nilai-nilai dakwah. Misalnya si Boy, anak jalanan menemukan masjid yang kurang aktif, bagaimana upaya anak muda, boy dan kawankawannya memberdayakan masjid itu. Masjid harus diramaikan tanpa menunggu bulan Ramadan. Misalkan ada bagian masjid yang perlu dibenahi, Anak Jalanan masuk ke situ, masjid itu milik masyarakat,” sambung Akbar. Guru Dalam menanggapi hal itu, aktor dan pelawak Akri Patrio yang telah menjadi ustaz dan terlibat dalam sinetron Ramadan yang tahun ini usianya genap satu dekade, Para Pencari Tuhan, mengatakan dalam hal apa pun yang memuat maksud kebaikan, baik dalam sinetron maupun karya seni lain, juga termaksud kegiatan dakwah.
Namun, dalam dunia hiburan, memang ada kepentingan untuk meningkatkan bisnisnya lewat momentum Ramadan. Menurutnya, hal ini sah saja. “Tapi urusan agamanya beda lagi, agama tidak pernah salah, tapi manusianya yang memainkan agama. Banyak artis menceritakan sebagai kiai dan wali tapi kehidupannya bukan. Penonton harus bisa membedakan antara cerita atau dongeng. Jangan belajar agama dari sinetron. Belajar agama yang sebenarnya di pesantren dan majelis ilmu,” pesannya.
Tak dimungkiri memang kisah dalam sinetron dibuat dengan tujuan menghibur dan mendapatkan penonton sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, para penciptanya juga kerap menggunakan banyak ‘bumbu’ atau drama yang berlebihan. Pemainnya pun bukan seorang santri atau ahli agama. Dia hanya pemain yang siap memerankan sebagai apa pun. “Sinetron hanya sebatas menjadi tuntunan agama, tidak bisa diimani. Tontonan tidak bisa dijadikan guru karena guru itu dipertanggungjawabkan di akhirat. Guru mempertanggungjawabkan muridnya, murid menghormati gurunya,” sambungnya. Banyaknya sinetron yang beralih menjadi cerita agama itu ditanggapi positif. “Ramadan itu bulan untuk berlomba mendapat kebaikan. Wajar semua industri seni peran pun mau ikutan. Buat orang yang paham, ini bulan yang akan dilipatkan pahalanya, bagusnya diterapkan pada bulan-bulan lainnya,” katanya.
Sutradara film Anggy Umbara, yang pernah membuat film Mama Cake (2012) dan menyelipkan dakwah tentang makna salat di dalamnya, mengatakan para sutradara harus jujur kepada diri sendiri dan Tuhan sebelum membuat karyanya sebagai bentuk pertanggungjawaban. “Dakwah itu bermacam bentuknya, dalam ritual keagaaman dan kehidupan sosial sehari-hari. Bagi saya agama itu 90% sosial. Membuat dakwah di dalam fi lm harus ada implementasi dari pembuat fi lmnya juga,” pesannya. (M-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved