Sumbangkan Royalti Novel untuk Anak-Anak

Retno Hemawati
30/5/2016 13:38
Sumbangkan Royalti Novel untuk Anak-Anak
(MI/Permana)

PENULIS sekaligus pebisnis Wenny Artha Lugina, 27, baru saya meluncurkan karya terbarunya, Revival: Konspirasi Dua Sisi. Karya itu merupakan seri kedua dari novel fiksi The Blackside. Wenny menuturkan tidak ingin terlalu mengomersialkan karyanya dan ia juga tidak ingin sangat bergantung pada dunia penulisan novel.

"Saya tertarik dengan isu perempuan dan anak-anak. Meskipun ini disebut novel politik, saya berikan royaltinya untuk yayasan yang saya dirikan dan kemudian disalurkan untuk anak-anak korban HIV," kata dia saat berkunjung ke Media Indonesia, awal Mei 2016.

Perempuan kelahiran Sukabumi yang kini menetap di Inggris itu saat ini juga sedang menjajaki kemungkinan untuk menerbitkan sebuah karya untuk anak-anak. Dia menyebutnya dengan buku dongeng. "Dalam bayangan saya, nanti akan ada gambarnya. Jadi, anak-anak bisa mewarnai di buku itu," katanya berseri-seri.

Meski bersemangat dan masih menyimpan mimpi di dunia penulisan, Wenny yang merupakan lulusan Shenzhen University dan Peking University tidak ingin menggantungkan kehidupannya di dunia itu. Ia juga bergelut dengan dunia bisnis properti, bekerja sama dengan salah satu temannya semasa kuliah di Tiongkok untuk merenovasi beberapa rumah kurang layak huni di Amerika. "Pemerintah Baltimore mempunyai kebijakan menggerakkan masyarakat swasta yang mampu sekaligus berbisnis yang tujuannya membangun kota," kata dia.

Bukan satu yang dijual, melainkan satu blok yang terdiri atas 10 rumah. Satu blok dibelinya seharga US$20 ribu, diperbaiki, kemudian dijual lagi dengan harga yang layak. "Menjual itu juga tidak mudah karena kawasan itu umumnya dengan kriminalitas tinggi. Bahkan, pada saat kami membelinya, saya memutuskan untuk persuasif dengan penduduk sekitar dan mengaku penulis. Mereka sangat menyambut baik dan berakhir dengan curhat," katanya tergelak.

Tetap Indonesia
Wenny yang kini lebih banyak tinggal di Inggris dan sesekali menyambangi Amerika untuk bisnis mengaku tetap warga negara Indonesia (WNI). "Saya tetap WNI. Saya satu di antara banyak orang Indonesia yang dikenal paling sulit melepaskan kewarganegaraan," kata dia.

Dia juga mengaku sering kangen dengan mi dan jamu tolak angin instan. "Sering kangen sambal. Jadi, ada tiga yang wajib dibawa ke Inggris," katanya.

Selain itu, Wenny berusaha untuk tetap mengindonesia. Salah satu caranya, setiap Jumat, dia selalu mengenakan pakaian batik. "Saya juga menjaga etika kesopanan. Tinggal di luar negeri tidak membuat saya tampil seksi. Saya nyaman dengan berpenampilan sopan," jelas pengagum selera fesyen Kate Middleton itu.

Mimpi besarnya saat ini ialah ingin semakin membuat Indonesia semakin dikenal. "Saya punya mimpi untuk mengibarkan bendera Indonesia di mana pun. Saya ingin membuat rumah Indonesia di Inggris," katanya. Rumah Indonesia yang dimaksud ialah semacam pusat informasi yang terbuka untuk siapa saya yang ingin mengenal Indonesia.

Wenny yang mengaku menyukai dunia politik dan pernah ingin menjadi politikus itu juga punya keinginan agar anak-anak muda Indonesia tidak takut untuk bermimpi. "Tapi tidak sekadar mimpi, harus bekerja keras mewujudkan mimpi itu dan tidak boleh menyerah," pesan dia. (H-2)

retnoretno@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya