Bebas dari Perbudakan

MI
29/5/2016 01:30
Bebas dari Perbudakan
()

INI bukan tentang kekerasan, apalagi penyiksaan. Ini kisah tentang Kunta Kinte, rekam sejarah perbudakan di Amerika. Miniseri berjudul Roots mengisahkan perdagangan budak yang dialami Kunta yang diperankan Malachi Kirby. Ia diculik dari kampung halamannya untuk dibawa dan dijual kepada pemilik perkebunan di Annapolis, Maryland, Amerika Serikat.

Roots ialah versi modern dari miniseri klasik televisi peraih penghargaan pada 1977 berdasarkan novel laris karya Alex Haley pada 1976. Tayangan itu diproduksi A+E Studios dan Wolper Organisation, perusahaan yang memproduksi miniseri versi orisinalnya yang mendapat rating tertinggi kedua untuk episode terakhirnya dalam sejarah TV sejak 1977.

Berlatar Afrika pada 1750, istri Juffre, Omoro Kinte melahirkan anak pertama bernama Kunta. Sebagai keluarga Kinte yang terpandang, Kunta diajari kebiasaan dan tradisi Mandinka sebagai bekal menjadi anggota kavaleri raja. Kunta juga belajar matematika, sastra, dan geografi . Ia bermimpi kuliah di universitas dan menjadi sarjana. Kunta jatuh cinta pada seorang gadis budak milik Koros, lawan keluarga Mandinka. Setelah menjalani ritual yang sangat keras dalam pelatihan prajurit, Kunta dikhianati Koros dan diserahkan kepada pedagang budak Inggris. Pada 1767, bersama 140 budak lainnya, Kunta dikirim sebagai muatan kapal ke Amerika. Ia hampir tidak selamat akibat penyakit sampar. Kunta gagal memimpin pemberontakan yang mengakibatkan banyak kematian.

Di Annapolis, Maryland, Kunta dijual kepada John Waller, pemilik perkebunan kaya. Ia diberi nama Toby oleh Elizabeth, istri Waller. Kunta mencoba melarikan diri. Beruntung ia diselamatkan penasihat bijak Fiddier, musikus di perkebunan tersebut. Sepanjang tayangan serial ini, kita dapat menyaksikan tahap kehidupan Kunta Kinte, sejak remaja hingga dewasa, menjadi ayah hingga menjadi kakek, mengikuti warisannya melewati Perang Saudara. Adegan yang cukup menguras tangis ialah saat Kunta dipaksa mengakui namanya Toby. Sampai ia harus terbaring lemas akibat cambukan. Kirby mengaku adegan itu membuatnya sadar akan kondisi para budak yang dilucuti identitasnya.

"Saya bisa merasakan penderitaan mereka. Bahkan saya masih menangis selama 15 menit, padahal mereka sudah berhenti mengambil gambar. Saya menangis karena saya dapat merasakan penderitaan mereka. Penderitaan identitas diri direnggut dari dirinya," ujar Kirby sebagaimana disitat The Guardian. Kehadiran Roots di Indonesia juga sekaligus kampanye antiperbudakan #BuyOutSlavery. Tayangan Roots diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perbudakan modern yang kini masih sering terjadi. (Zuq/Try/M-5 )



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya