Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
BEBERAPA waktu belakangan, sinema Indonesia didominasi kehadiran film-film drama hangat, alih-alih film horor yang di tahun-tahun sebelumnya mendominasi.
Bisa dibilang, tidak terlalu banyak film horor dalam negeri yang rilis di saat pandemi.
Hal ini lalu menggugah pertanyaan, apakah penonton Indonesia sudah mulai bergeser dalam genre tayangan.
Baca juga: Film Cek Ombak (Melulu), Ada Mertua di Rumahku, dan Enam Batang, Hiasi Awal Tahun 2022
Wakil Ketua I Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan pengamat film Hikmat Darmawan, dikutip Selasa (11/1), mengatakan film horor lokal masih memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia.
"Di Indonesia sendiri agaknya ada perbaikan production value hingga estetiknya. Banyak sekali peningkatan pasar untuk film ini. Faktanya, (film horor) pasarnya paling stabil dan tidak niche (tersegmentasi lebih kecil) lagi," kata Hikmat.
Hal lain yang Hikmat soroti adalah banyaknya film-film horor yang sudah disimpan akhirnya diumumkan untuk segera rilis dan mendapatkan animo cukup besar dari para penyuka film di dalam negeri.
"Tahun ini film yang kuat dan disimpan segera dirilis di bioskop mengingat kondisi pandemi yang sudah mulai kondusif. Misalnya Pengabdi Setan 2, Keramat 2, sampai KKN di Desa Penari," ujar Hikmat.
"(Film-film ini disimpan) Diasumsikan karena pasarnya besar. Peluangnya besar juga di Indonesia dan cenderung kuat. Pun dari segi mutunya," tambahnya.
Sependapat, dua sosok di balik film pendek Makmum (2017) dan penulis adaptasi film panjang berjudul sama, Makmum (2019) dan Makmum 2 (2021), Riza Pahlevi dan Vidya Talisa Ariestya mengatakan film horor memiliki tempat tersendiri di dunia film Indonesia.
"Dilihat dari sisi selera penonton Indonesia, aku pikir horor masih jadi salah satu yang dicari. Makmum bisa sampai sejauh ini. Dan tahun ini akan banyak sekuel film horor Indonesia yang muncul, yang selama ini sudah dipendam akhirnya dikeluarkan sekarang," kata Riza saat dihubungi.
"Kalau bergeser sih, sepertinya enggak. Tahun ini banyak film horor yang sudah dinantikan, dan itu animonya sudah dari sekarang, padahal baru rilis teaser dan poster saja. Film horor Indonesia bisa dibilang abadi, (pasar) cenderung stabil. Dan dari pengalaman menonton pun rasanya lebih seru karena biasanya ditonton bersama-sama," timpal Vidya. (Ant/OL-1)
Susan Sameh mengaku bisa merasakan kehadiran makhluk gaib serta pernah melihat dan diganggu oleh makhluk halus.
Sakaratul Maut mengisahkan kehidupan Pak Wiryo dan Bu Wiryo, pasangan suami istri terhormat di Desa Umbul Krida.
Janji Darah merupakan film bergenre horor, pesan seputar kasih sayang dan cinta dalam film ini diharapkan dapat tersampaikan kepada penonton.
Sekawan Limo mengikuti kisah Bagas, Lenni, Dicky, Juna, dan Andrew yang dipersatukan ketika mendaki Gunung Madyopuro.
Sakaratul Maut mengisahkan tentang Pak Wiryo dan Bu Wiryo, sepasang suami istri terpandang di Desa Umbul Krida. Keluarga mereka terlihat bahagia dan baik-baik saja.
Kampung Siluman Pulo Majeti mengisahkan tentang seorang warga Pulo Majeti yang membatalkan pernikahan dengan raja jin, sehingga anak perempuannya yang berusia 5 tahun dipinang bangsa jin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved