Ratu Rania Kembalikan Kisah Kemanusiaan untuk Pengungsi

Retno Hemawati
27/4/2016 06:50
Ratu Rania Kembalikan Kisah Kemanusiaan untuk Pengungsi
(AFP/PIERRE-PHILIPPE MARCOU)

PEREMPUAN dengan nama lahir Rania Al-Yasin dan kemudian dikenal dengan nama Ratu Rania Al-Abdullah, 45, menunjukkan kepeduliannya pada pengungsi Suriah.

Dengan berbicara atas nama Komite Penyelamatan Internasional (IRC), ratu termuda yang ditahbiskan pada usia 28 tahun itu menyatakan tanggung jawab bagi krisis pengungsi tak bisa ditetapkan berdasarkan geografis.

Sebuah ajakan serta seruan agar dilancarkannya reaksi dinyatakannya saat berkunjung ke Kamp Pengungsi Kara Tepe di Pulau Lesbos, Yunani, pada Senin (25/4). Kamp Kare Tepe saat ini menjadi rumah bagi lebih dari 950 keluarga pengungsi. “Ini merupakan krisis yang luar biasa dan ini memerlukan reaksi yang luar biasa. Untuk mengurus pengungsi, kita memerlukan reaksi yang terpadu dan itu berdasarkan nilai, suatu reaksi yang dibangun atas pembagian beban, bukan pengalihan beban,” kata istri Raja Abdullah bin Al-Hussein (Raja Abdullah II) itu.

Ia juga menyoroti keperluan mendesak untuk menemukan pilihan yang aman dan sah buat pengungsi, yang telah meninggalkan negara mereka dan berjuang mencari suaka akibat konflik dan perang berkepanjangan.

Ibu empat anak itu mengatakan dukungan donor harus ditingkatkan untuk organisasi kemanusiaan yang sudah menghadapi sangat banyak beban seperti IRC dan organisasi lain yang telah menjadi satu-satunya urat nadi kehidupan pada saat peluang suaka terbatas.

“Pengungsi itu bukanlah angka. Mereka adalah manusia seperti Anda dan saya. Yang menjadi berbeda ialah ketika mereka telah mengalami hal mengerikan yang tidak mudah untuk dikatakan dan mengalami tragedi dalam hidup mereka. Mereka mempertaruhkan segalanya seperti keluarga dan harta untuk mencari keselamatan,” ujar dia.

Dia menambahkan ingin mengembalikan kisah tentang kemanusiaan dan kasih sayang karena krisis pengungsi tidak boleh dikekang batasan dan hambatan. “Ini tentang martabat manusia, tidak ada tawar-menawar untuk itu.”

Dia juga memiliki keinginan agar para pengungsi tidak terus-terusan bertemu dengan penderitaan. Hasil dari banyak perbincangan Ratu Rania dengan dua keluarga asal Suriah kemudian dituturkannya kembali bahwa para pengungsi juga ingin kembali ke ‘rumah’ mereka jika memiliki pilihan.

Memuji Yunani
Tidak lupa dirinya mengucapkan terima kasih kepada Yunani yang telah berempati dengan caranya yang sangat luar biasa dan kebaikannya pada pengungsi. Padahal, Yunani juga mengalami kesulitan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir.

Country Director IRC Panos Navrozidis yang menemani perjalanan Ratu Rania mengatakan kedatangan Permaisuri Yordania itu untuk meyakinkan para pengungsi, mereka tidak sendirian. “Ada banyak orang di dunia yang sangat peduli atas nasib mereka sekaligus bekerja secara nyata untuk memastikan para pengungsi memiliki masa depan yang lebih aman untuk diri mereka dan keluarga, kehidupan yang lebih baik.”

Menurut Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada 2016 terdapat 181.673 pengungsi dan migran yang tiba di Eropa melalui laut. Diperkirakan, sebanyak 1.663 orang tiba di Lesbos setiap hari. (H-5)

retnoretno@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya