Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
VCD superekonomis merupakan langkah teranyar dari Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri) dan Gabungan Perusahaan Rekaman Indonesia (Gaperindo) yang menggandeng Perkumpulan Industri Media Replika Indonesia (Pimri) untuk menggandakan dan mencetak produk musik dengan izin dan aturan yang ditetapkan Asiri dan Gaperindo. Produk yang dihasilkan salah satunya VCD Karaoke Orisinal Superekonomis musik dangdut yang diresmikan Rabu (3/2) di Pinangsia Plaza Glodok, Jakarta Barat. Upaya itu dilakukan karena besarnya pangsa pasar karaoke di Indonesia. “Soal VCD superekonomis, saya mendukung hal itu karena ini merupakan format yang memang kami tidak pernah jamah di masa-masa lalu. Jadi, tidak mengganggu bisnis kami,” ungkap anggota dewan pimpinan Asiri dan juga Managing Director Warner Music Indonesia, Toto Widjojo, saat dihubungi Media Indonesia, Kamis (17/3). Produk musik bajakan yang selama ini kemasannya telanjang, mulai diberi hologram dari Gaperindo, IFPI code, sebagai tanda telah diproduksi pabrik yang mendapat izin dari Menteri Perindustrian serta adanya uji lolos sensor gambar bergerak. Selain itu, aturan jumlah dan format lagu pun dibuat untuk menyisihkan pembajakan ilegal. Nantinya produk tersebut dijual sekitar Rp6.000-Rp7.000 per keping. Sebagai catatan, PIMRI terdiri atas lima pabrik yang selama ini mencetak dan menggandakan CD, VCD, dan DVD bajakan untuk diperjualbelikan. Rupanya rencana ini sudah disosialisasikan sejak 2015. Menurut informasi, ada sembilan perusahaan industri media replika yang ilegal dan legal di Jakarta. Lima di antaranya berhasil tergabung dalam wadah Pimri dan mau mengikuti aturan yang telah dibuat tadi. Pimri pun bertugas sebagai satgas untuk memonitor apakah masih ada yang mereplika secara ilegal. Bagi Asiri, langkah ini bukan sebuah pengkhianatan tugas, melainkan cara untuk memperpanjang hidup para pelaku bisnis musik Indonesia mengingat sudah banyaknya toko CD yang tutup.
Kontroversi
Hal ini menuai kontroversi berbagai kalangan. Musikus sekaligus pendiri label Euforia Records, Erix Soekamti, mengatakan ada dua sudut pandang yang harus dipahami. Pertama dari segi bisnis, jelas menguntungkan karena daripada dibajak tidak dapat apa-apa, sehingga lebih baik digandengkan dan dapat penghasilan bersama. “Masalahnya mereka tidak melibatkan musisi, jadi sudut pandangnya bisnis saja. Tidak ada yang salah. Tapi dalam kacamata musisi, kami hanya dapat berapa perak. Dulu saja CD Endank Soekamti yang harganya Rp35 ribu, aku hanya dapat Rp700 perak. Belum lagi nanti laporannya macet karena para pembajak mentalnya sudah korup. Kami musisi sudah mengeluarkan tenaga, waktu, pikiran untuk berkarya,” ungkapnya Kamis (17/3) di kantor Media Indonesia. Padahal, beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi yang didampingi Jenderal Badrodin Haiti, Menperin Saleh Husein, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf telah membahas upaya pemberantasan pembajakan musik di Istana Negara Jakarta. Dalam kesempatan itu, hadir pengurus Asiri dan Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia. “Seharusnya kalau memang benar itu para pembajaknya dilaporkan ke polisi saja, dipidanakan, kan para pembajak ini yang katanya selalu jadi musuh utama industri rekaman kita dan membuat bisnis label rekaman dan musisi jadi merugi besar,” saran pengamat musik, Wendi Putranto, tempo hari. Sebaliknya, Nagaswara, label musik yang terlibat dalam peluncuran VCD legal murah ini, dalam situsnya mengungkapkan langkah ini bisa jadi solusi bagi para musisi. Penyanyi-penyanyi yang dinaungi nagaswara, Siti Badriah dan Fitri Karlina mengungkapkan optimistis ikhtiar ini akan mematikan pembajak karena produk-produk musik orisinil kini harganya lebih terjangkau masyarakat. (M-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved