Christine Hakim Produseri Sendiri Film Penelantaran Anak

Retno Hemawati
11/3/2016 04:25
Christine Hakim Produseri Sendiri Film Penelantaran Anak
(AFP)

PULUHAN film telah sukses dibintangi oleh Herlina Christine Natalia Hakim, 59. Aktris senior itu dalam waktu dekat akan menggarap film mengenai pelantaran anak yang dilakukan oleh orangtua.

"Saya akan memproduksi sendiri film tentang penelantaran anak,

pengerjaannya mungkin habis Lebaran ini karena saya masih harus

menyelesaikan berperan di tiga film," kata Christine saat ditemui di kediaman Duta Besar Prancis untuk Indonesia pada Selasa (8/3) malam.

Ide untuk membuat film itu muncul karena maraknya kasus kekerasan pada anak di Indonesia, baik penelantaran maupun pelecehan seksual.

Sebagai pegiat perlindungan anak, perempuan kelahiran 25 Desember 1956 itu merasa terpanggil untuk memotret dan mengedukasi masyarakat mengenai hubungan yang ideal antara anak dan orangtua.

"Saya membuat film tidak hanya untuk produksi, tetapi juga ada hal yang mendasarinya," kata perempuan berdarah Minangkabau, Aceh, Banten, Jawa, dan Libanon itu.

Menurut Christine yang juga pernah memproduseri film Daun di Atas Bantal, selain akibat kesalahan pola asuh kepada anak, kekerasan anak juga terjadi karena mereka mencontoh orangtuanya.

"Jika orangtuanya memberi perlakuan tidak baik kepada anak, anak akan membenci orangtuanya saat dewasa. Padahal jalan ke surga untuk anak adalah dengan berbakti kepada orangtua," kata pemeran utama film Cut Nyak Din tersebut.

Christine memercayakan penyutradaraan film tersebut kepada keponakannya.

Menurut dia, itu akan mempermudah dirinya untuk berkomunikasi mengenai isi cerita.

Pembuatan naskah film tersebut akan dikerjakan oleh Slamet Rahardjo.

Namun, dia belum memberi tahu siapa bintang yang akan mengambil peran di film itu.

"Sekarang Slamet sedang mengerjakan naskahnya, pengambilan gambar mungkin sekitar sebulan dan latarnya tidak banyak tempat," kata peraih Aktris Terpuji Festival Film Bandung melalui film Pasir Berbisik itu.

Tertarik Papua
Christine termasuk dalam aktris yang sangat selektif untuk mengambil peran dalam film.

Salah satu pertimbangan utama baginya ialah jalan cerita.

Meski demikian, ia langsung terpikat untuk membintangi film Silet di Belantara Digoel Papua.

Christine merasa langsung cocok dengan film yang mengangkat kisah nyata dokter di belantara Digoel, Papua, dengan latar tahun 1990.

Dokter yang diperankan oleh dirinya itu akan melakukan operasi caesar dengan peralatan sangat minimalis; silet.

"Ini tema yang nggak mungkin saya bisa tolak. Apalagi visi, misi, dan semangatnya sejalan," kata dia.

Dalam film produksi Foromoko Matoa Indah Film itu, Christine berjanji tidak hanya akan berakting, tetapi juga siap mejadi duta film tersebut.

Ia juga melihat sisi lain dari Papua.

Menurutnya, ada kesempatan untuk menggelar sebuah festival film di sana.

Baginya, Papua bak perawan yang seksi.

Karena itu, apabila digelar festival film dokumenter yang sifatnya internasional di Papua, akan banyak pihak yang tertarik. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya