Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SAMBIL membawa buku, antrean penggemar tampak sabar menanti tatap muka dengan William Wongso. Sang pakar kuliner itu sendiri, seperti biasa, ramah melayani obrolan. Ia pun dengan senang hati membubuhkan tanda tangan di buku yang dibawa para penggemarnya. Kamis (8/6), di toko buku Periplus, Plaza Indonesia, Jakarta, William menggelar diskusi bukunya yang baru-baru ini jadi sorotan dunia. Buku Flavors of Indonesia, William Wongso's Culinary Wonders pada akhir bulan lalu dinobatkan sebagai Best Cookbook of the Year 2017 dari Gourmand Wold Cookbook Awards. Ajang yang digelar sejak 1995 itu kerap disebut sebagai Oscar-nya industri kuliner.
Dimulai di Frankfurt, Jerman, tahun ini ajang penghargaan digelar di Yantai, Tiongkok, tempat buku karya William bersaing dengan buku dari Austria, Australia, Prancis, Jerman, Inggris, Amerika Serikat, dan Israel. Setebal 198 halaman, buku yang diterbitkan April tahun lalu itu bukan hanya soal resep, melainkan juga menuturkan pengalaman William selama menyelami kuliner Indonesia dari wilayah barat hingga ke timur.
Bagi William, titel dari Gourmand juga bukan semata kebanggaan diri. "Penghargaan ini bisa menjadi pemacu minat dan ketertarikan masyarakat lokal dan internasional pada budaya keragaman kuliner Indonesia," tutur pria berusia 70 tahun yang masih bugar itu. Pakar kuliner kelahiran Malang, Jawa Timur, ini pun bersemangat untuk membuat beragam buku lain tentang kuliner Indonesia. Salah satunya buku yang mengangkat kekayaan kuliner sebagai negara maritim.
Kuliner pemersatu bangsa
Dalam buku-bukunya, William juga tidak lupa menampilkan sisi sejarah. Hal itu, menurutnya, sekaligus untuk menyebarkan kekayaan filosofi pada kuliner Indonesia.
Salah satunya soal budaya tumpeng dari tanah Jawa. William meluruskan sebutan 'potong tumpeng' di masyarakat. "Yang baik adalah keruk tumpeng, mengambil nasi dari bagian bawah," ujarnya.
Keruk tumpeng tersebut merefleksikan bagaimana cara menikmati berkah dari Tuhan, yakni mensyukuri mulai hal-hal yang bawah (kecil). Di sisi lain, bentuk tumpeng yang besar di bawah juga mencerminkan porsi rakyat dalam negara. "Porsi yang besar di bagian bawah ini juga merupakan simbol rakyat yang besar," tambahnya. Dengan kekayaan filosofi itu, menurut William, memahami dan mencintai kuliner sama halnya dengan memahami keberagaman budaya yang ada di Tanah Air ini. Kuliner sekaligus dapat menjadi pemersatu bangsa.
Hal itu William rasakan sendiri dari berbagai perjalanannya. Pembicaraan dan keakraban akan mudah terjalin jika berbicara soal makanan. Dalam kondisi isu intoleransi sekarang ini, ia pun berharap kuliner dapat dijadikan hal yang merekatkan masyarakat kembali. "Apalagi sekarang kan era digital, akan lebih baik jika digunakan untuk berbagi informasi mengenai makanan khas daerah satu dengan lainnya, daripada saling menghujat," tukasnya. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved