Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
MASJID KH Hasyim Asy'ari yang terletak di bilangan Daan Mogot, Jakarta Barat, kemarin, diresmikan Presiden Joko Widodo. Masjid raya milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut diharapkan mampu menjadi wadah untuk berdakwah dengan kelembutan. Harapan itu diungkapkan cicit KH Hasyim Asy'ari, yakni Yenny Wahid yang juga putri Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), ketika hadir dalam acara tersebut.
Menurutnya, kelembutan berdakwah sesuai dengan visi KH Hasyim Asy'ari. Yenny mengaku merasa tersanjung dengan pemberian nama masjid tersebut yang menggunakan nama buyutnya atau kakek dari Abdurrahman Wahid. KH Hasyim Asy'ari yang lahir pada 1875 dan wafat pada 1947, menurutnya, memiliki visi yang mengedepankan dakwah Islam dengan sejuk dan mengayomi puluhan juta pengikutnya. "Kami gembira dan terhormat bahwa masjid raya diberi nama KH Hasyim Asy'ari. Sesuai dengan visi KH Hasyim Asy'ari yang mengedepankan dakwah dengan kelembutan, semoga nama KH Hasyim Asy'ari mampu mengembalikan semangat tokoh-tokoh muslim untuk tidak menggunakan hujatan dan muatan kebencian," ujarnya.
Pada kesempatan itu, ia juga mengatakan warga Jakarta memang membutuhkan banyak tempat untuk melakukan kegiatan keagamaan. Dengan pembangunan masjid raya, ia berharap masjid bukan hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, melainkan juga untuk aktivitas pemberdayaan ekonomi masyarakat. Menurut Yenny, hal itu sangat mungkin dilakukan di area Masjid KH Hasyim Asy'ari lantaran konstruksi bangunan terletak tidak jauh dari Rumah Susun (Rusun) Daan Mogot.
"Pembangunan Masjid KH Hasyim Asy'ari bagus sekali karena warga DKI membutuhkan banyak wadah untuk berkegiatan agama. Masjid ini nantinya saya harapkan juga ada unsur pemberdayaan ekonominya untuk masyarakat yang ada di daerah sekitar masjid," kata Yenny.
Akulturasi budaya
Masjid, kata Yenny, sah-sah saja terintegrasi dengan kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Sepengetahuannya, salah satu masjid di Denmark juga memiliki konsep serupa.
Di negeri itu, ujarnya, masjid sumbangan dari Sultan Qatar tersebut bersatu dengan kegiatan sosial, tetapi belum terintegrasi dengan kegiatan ekonomi atau usaha kecil dan menengah warga. Terkait dengan ornamen masjid berupa gigi balang yang menempel pada lima pilar setinggi 500 hingga 600 meter di area sekitar masjid, menurut Yenny, itu menjadi nilai plus bagi masjid tersebut. Menurutnya, hal itu merupakan bukti adanya akulturasi budaya, antara nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
"Ada akulturasi budaya. Masjid justru dikuatkan dari simbol-simbol budaya," tuturnya. Oleh karena itu, ia juga menantang mereka yang kasakkusuk negatif terkait dengan arsitektur masjid untuk melihat fi sik bangunan tersebut.
"Kita bisa lihat secara fi sik bahwa yang dikatakan orang bahwa ornamennya berbentuk salib, itu tidak betul. Kita lihat sendiri kalau itu semua adalah hoax," tegas Yenny. (H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved