Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
ADANYA lonjakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax (RON 92) yang hampir tiga kali lipat di 2016 lalu, membuat impor Pertamax pun turut melonjak 33% dari 8 juta barrel di 2015 menjadi 12 juta barrel di 2016.
Hal tersebut disampaikan oleh Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba kepada media saat memberikan paparan di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat (7/4).
Sementara itu, lanjut Daniel, untuk BBM jenis Premium (RON 88), perusahaan mencatatkan adanya penurunan impor sebesar 73,4 juta barel atau turun 25% dibandingkan pada 2015.
"Penurunan impor disebabkan adanya penurunan konsumsi BBM tersebut," tutur Daniel.
Adapun, perusahaan juga mencatatkan adanya penurunan impor Mogas (motor gasoline) 88 sebesar 28 juta barel pada 2016. Menurut Daniel, hal itu disebabkan kehadiran kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur dan Residual Fluid Catalytic Cracker (RFCC) Cilacap, Jawa Tengah, yang sudah beroperasi secara keseluruhan.
Selain itu, Daniel mengatakan, pihaknya telah memproyeksikan adanya kenaikan impor Pertamax di 2017 yang disebabkan oleh semakin melonjaknya konsumsi BBM tersebut. Daniel mengakui, pihaknya akan melakukan impor besar-besaran.
"Impor Pertamax diproyeksikan naik 11 juta barrel dan premium turun 11 juta barel pada 2017 ini. Jadi seimbang," imbuh Daniel.
Lebih lanjut, Daniel memaparkan, impor Pertamax diprediksi naik menjadi 36 juta barel dari 25 juta barel. Sementara itu, impor Premium diprediksi turun pada 2017 menjadi 62 juta barel dari impor di 2016 yang sebesar 73,4 juta barel.
Daniel pun mengatakan, perusahaan juga memprediksi kenaikan impor gas Elpiji pada 2017 yang disebabkan konversi minyak tanah ke gas sudah semakin meluas. Di samping itu, permintaan dari elpiji pun terus meningkat
"Pada 2017, kami proyeksikan akan melakukan impor Elpiji sebesar 4,95 juta ton, atau naik dari impor di 2016 sebesar 4,4 juta ton," tandas Daniel. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved