Kapitalisasi Bursa Terus Meningkat

Fetry Wuryasti
25/3/2017 13:30
Kapitalisasi Bursa Terus Meningkat
(ANTARA/M AGUNG RAJASA)

BURSA Efek Indonesia (BEI) optimistis nilai kapitalisasi pasar modal dapat melampaui nilai aset perbankan yang mencapai Rp6.300 triliun.

Hal itu seiring dengan terus meningkatnya jumlah dan kenaikan harga saham belakangan ini.

"Saya mendengar analis optimistis dengan (IHSG) 6.000 sembari menunggu hasil rating S&P. Kalau IHSG bisa di level 6.000, kapitalisasi pasarnya bisa melebihi Rp6.300 triliun," papar Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan di Gedung BEI, Jakarta, kemarin.

Menurut dia, ada dua cara untuk meningkatkan kapitalisasi pasar modal.

Pertama, menambah jumlah saham dan kedua penaikan harga saham.

"Harga saham naik, kapitalisasi naik. Menambah jumlah saham, termasuk IPO (initial public offering) baru, rights issue, dan lainnya itu pun berpengaruh pada penambahan kapitalisasi pasar," tuturnya.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di BEI, kemarin, terus menguat tipis sebesar 3,37 poin atau 0,61% menjadi 5.567,13 poin.

Nilai kapitalisasi pasar modal pun menyentuh Rp6.075,22 triliun dari penutupan pekan lalu yang berada pada Rp6.018,79 triliun.

Selain itu, BEI pada tahun ini menargetkan penambahan penawaran saham perdana atau IPO sebanyak 35 emiten.

Sementara itu, sebanyak 13 emiten sedang dalam proses dan 9 emiten anak usaha BUMN juga sudah berkomitmen untuk IPO.

"Target bursa itu kan menambah IPO saham. Dengan meningkatkan jumlah perusahaan IPO, ujungnya akan meningkatkan nilai kapitalisasi pasar," tutup Nicky.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio menyatakan pihaknya optimistis dengan target IPO yang dipasang pada angka 30-an.

"Saya yakin target IPO pada tahun ini akan tercapai di atas 30-an emiten. Ini tentunya dapat menambah kapitalisasi pasar modal," kata Tito.

Pada sisi lain, Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat berharap kinerja IHSG pada tahun ini, yang tumbuh sebesar 5,11%, dapat turut mendorong masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal.

"Kondisi pasar saham dan obligasi yang positif dapat berpotensi pada aksi korporasi melalui pasar modal yang tinggi. Apalagi, hal tersebut juga didukung dari sisi permintaan investor," tutup dia.

Masuk kurikulum

Secara terpisah, Direktur The Indonesia Capital Market Institute Dwi Shara Soekarno menyampaikan pengetahuan pasar modal di kalangan universitas selama ini masih merupakan mata kuliah konsentrasi atau mata kuliah pilihan.

Akibatnya, profesional muda pasar modal di Indonesia saat ini tergolong masih sedikit.

Karena itu, pada tahun ini pihaknya menargetkan kerja sama dengan 30 perguruan tinggi dengan memasukkan kurikulum pasar modal sebagai mata kuliah wajib di fakultas ekonomi dan bisnis untuk pendalaman mengenai pasar modal.

"Sebagai anak usaha BEI, kami bergerak pada bidang edukasi dan sertifikasi. Kami mengajak perguruan tinggi memasukkan kurikulum pasar modal dengan modul-modul kami. Kami ingin konten pasar modal itu diberlakukan wajib untuk fakultas ekonomi dan fakultas bisnis," ujarnya.

Saat ini sudah ada 13 universitas yang bekerja sama, baik dalam bentuk memasukkan kurikulum maupun kerja sama lepasan berupa workshop pasar modal.

Nantinya, setiap mahasiswa yang diberi pendalaman pasar modal mendapatkan sertifikasi pendamping.

"Mereka yang lulus kuliah nantinya tak hanya membawa ijazah, tetapi juga sertifikasi itu. Tentunya dengan ujian. Sertifikasi tersebut berfungsi agar lulusan mahasiswa ekonomi memiliki kemampuan sebagai profesi di pasar modal seperti broker diler, pekerja riset, dan manajer investasi. Ini tol menuju profesional di pasar modal," pungkas Dwi. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya