Pemasukan Migas Menyusut Drastis

25/3/2017 12:15
Pemasukan Migas Menyusut Drastis
(ANTARA/WAHYU PUTRO A)

KEMENTERIAN Keuangan (Kemenkeu) mengakui penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas) menurun signifikan beberapa tahun belakangan.

Jika sebelumnya sektor itu mampu berkontribusi lebih dari Rp300 triliun, saat ini bisa anjlok ke bawah Rp100 triliun.

Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani memaparkan penurunan penerimaan negara dari sektor migas tergambar dari data Kemenkeu periode 2012-2016.

Pada 2012-2014 penerimaan sektor migas mencapai Rp300 triliun. Namun, di 2016, kontribusi dari sektor migas hanya sekitar Rp80 triliun-Rp90 triliun.

Lantaran sektor migas sampai saat ini merupakan pendorong ekonomi nasional, penurunan di sektor ini memberikan pengaruh besar bagi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) negeri ini.

Askolani menambahkan sejatinya total penerimaan di sektor migas pada 2012-2014 sudah tidak jauh berbeda dengan angka subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik yang diberikan pemerintah mencapai Rp350 triliun.

Ketika pemerintah tidak melakukan perubahan energi di 2015, tentu beban subsidi akan menggerus angka APBN.

"Untungnya pada 2015, pemerintah ubah kebijakan subsidi energi dan listrik. Kalau tidak diubah, habis kita," ujar Askolani, dalam acara Economic Challenges, Special Energy Outlook Series, di Energy Building, Jakarta, kemarin.

Dalam menyikapi penurunan di sektor migas, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan berpendapat pelaku industri migas, mulai hulu hingga hilir, dinilai harus melakukan efisiensi.

"Paradigma harus ada penyesuaian. Sekarang industri migas tidak lagi semata-mata untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Yang paling penting bagi negara, mendorong pertumbuhan ekonomi merata dan daya beli meningkat," ucap Jonan.

Efisiensi biaya operasional, kata Jonan, ialah salah satu cara yang bisa dilakukan industrialis dalam menghadapi harga minyak dunia.

Penyebabnya, tidak ada pihak yang bisa memprediksi harga minyak dunia yang dinanti-nanti naik oleh pelaku usaha.

"Saya mau tanya, harga migas siapa yang tentukan? Tidak ada yang bisa tentukan. Yang bisa hanya market global. Kalau enggak bisa, ya yang kita bisa tentukan efisiensi biaya," tukasnya. (Jes/Metrotvnews.com/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya