Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
DI tengah kemorosotan harga minyak dunia, PT Pertamina (Persero) berhasil membukukan laba bersih 2016 yang telah teraudit sebesar US$3,15 miliar (sekitar Rp40,95 triliun). Capaian itu lebih tinggi 122% daripada perolehan laba bersih 2015 sebesar US$1,42 miliar (Rp18,46 triliun).
Keberhasilan BUMN energi itu tidak lepas dari upaya breakthrough project (BTP) yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan menciptakan nilai tambah perusahaan.
Sepanjang 2016, perseroan meraih pendapatan sebesar US$36,49 miliar (Rp474,37 triliun, sedangkan total pencapaian finansial melalui BTP 2016 sebesar US$2,67 miliar (Rp34,71 triliun).
Direktur Utama Pertamina Elia Massa Manik menekankan capaian positif tidak boleh membuat lengah. Perseroan dikatakannya harus menjaga kinerja dan menerapkan strategi yang tepat. Mengingat, ada sejumlah faktor eksternal yang membayangi utamanya fluktuasi harga minyak dunia.
Meski harga minyak dunia sudah di atas level US$50 per barel, namun besaran itu dinilai belum sepenuhnya kondusif untuk menjalankan bisnis hulu minyak dan gas bumi (migas). Bak dua sisi mata uang, tren kenaikan harga minyak juga mempengaruhi sektor hilir migas karena Pertamina masih melakukan importasi bahan bakar minyak (BBM).
“Memang Pertamina mengalami situasi yang tidak mudah pada 2016. Dengan tren kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan kurs dolar Amerika Serikat jelas mempengaruhi kinerja finasial perusahaan,” ujar Elia dalam konferensi pers di Gedung Pertamina, Kamis (16/3).
Pria yang baru saja diangkat sebagai orang nomor satu di Pertamina itu mengemukakan gambaran umum kinerja finansial perusahaan tahun lalu. Di antaranya realisasi produksi migas sebesar 650,01 MBOEPD, volume penjualan gas sejumlah 708,68 ribu BBTU dan transportasi gas sebesar 522,11 BSCF.
Dalam pengolahan minyak, produksinya tercatat semakin baik. Itu tercermin dari hasil produk bernilai tinggi (yield valuable product) sebesar 77,76% atau mengalami kenaikan 4,5% ketimbang 2015.
Selain itu, perseroan berhasil menekan biaya pokok produksi kilang Pertamina sehingga berada di kisaran 97,1%. Pada 2015, biaya produksi kilang mencapai 103,6%.
Hal ini penting seiring langkah perseroan meningkatkan kapasitas kilang melalui proyek RDMP dan NGRR yang bermuara pada target swasembada bahan bakar minyak (BBM) 2023. Dalam hal ini, Pertamina menargetkan total kapasitas kilang nasional mencapai 2 juta barel per hari (bph).
“Pertamina harus memastikan security of supply untuk penyediaan BBM dan gas di Indonesia. Kita harus effort lebih agar bisa terus berinovasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” imbuh Direktur Gas Pertamina Yenny Andayani yang sempat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Dirut Pertamina.
Di sektor pemasaran, Pertamina mampu mendongkrak realisasi penjualan produk BBM di 2016 dengan capaian 64,63 juta kiloliter (KL) atau naik 2,8% dari 2016 sebesar 61,8 juta KL. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved