Yellen: Akhir Tahun FFR Diproyeksi jadi 1,4%

Fathia Nurul Haq
16/3/2017 12:43
Yellen:  Akhir Tahun FFR Diproyeksi jadi 1,4%
(AFP)

SESUAI ekspektasi, Federal Open Market Committee meningkatkan bunga acuan atau Fed Funds Rate (FFR) 25 basis points (bps) menjadi 1%. Kenaikan akan berlanjut hingga FFR berada di 1,4% akhir tahun ini.

Kenaikan FFR diumumkan langsung oleh Gubernur Federal Reserve Janet Yellen dalam konferensi pers triwulan pertama usai FOMC, dini hari tadi

"Hari ini FOMC telah memutyskan untuk mengingkatkan target kisaran untuk FFR 25 bps, dari 0,75% menjadi 1%," ujar Yellen dalam pidatonya, Rabu (15/3) waktu setempat.

Yellen menjelaskan keputusan untuk kembali menyesuaikan FFR didasarkan pada peningkatan perrkonomian di Amerika Serikat, terutama terkait tingkat inflasi yang sudah melampaui 2% dan menurunnya angka pengangguran.

"Tersedia lapangan kerja 200.000 perbulan selama tiga bulan terakhir....Tingkat pengangguran (di AS) pada Februari adalah 4,7%," ucap Yellen.

Amerika Serikat menargetkan inflasinya bertahan di angka 2,1% tahun ini dan tahun depan dengan tingkat pengangguran turun menjadi 4,5% pada kuartal IV-2017.

Jika sesuai ekspektasi, Yellen mengurai Federal Funds Rate (FFR) akan terus disesuaikan hingga berada pada angak 1,4% di akhir tahun ini dan 2,1% di akhir tahun depan. Dalam proyeksinya, Federal Reserve juga berencana terus menaikkan FFR hingga tahun 2009 menjadi 3%.

Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat keputusan FOMC ini membuat pasar bereaksi terbalik dengan melemahkan nilai tukar USD terhadap mata uang utama di dunia, tak terkecuali terhadap rupiah.

"Dampaknya, nilai tukar dollar AS melemah terhadap mata uang utama termasuk mata uang asia pada pembukaan perdagangan Asia pada hari ini. Rupiah pada pembukaan hari ini diperdagangkan menguat di sekitar level Rp 13.330-13,350 per dollar," urai Josua melalui pesan singkat.

Bukan hanya kepada nilai tukar, bagi hasil US Treasury juga terpantau turun 11bps menyusul pernyataan Yellen yang cenderung dovish itu. US Treasury cukup menentukan keputusan investor asing di negara berkembang seperti Indonesia untuk mempertahankan atau menarik uangnya pulang ke AS.

Namun, Josua berpendapat dengan tren seperti ini kemungkinan UST bisa mencapai 3% tahun ini menjadi lebih kecil, sehingga pemerintah bisa lebih berlega hati menjaga permodalan dalam negeri.

"Terkait dengan yield UST, meskipun FFR diperkirakan akan naik 50bps lagi menjadi 1,5% pada akhir tahun dan mempertimbangkan komunikasi Fed yang semakin baik dan optimal, potensi yields sampai 3% relatif kecil mengingat real return dari obligasi pemerintah di Emerging Market masih atraktif ketimbang UST sedemikian sehingga tidak akan mendorong capital flight dari pasar Emerging Market," ujar Josua.

Sore nanti, Bank Indonesia kembali akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernurnya mengenai suku bunga acuan nasional. Menilik respon pasar atas keputusan FOMC ini, Josua meyakini BI -7Days Reverse Repo Rate akan dijaga di angka 4,75%.

"Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan sedemikian sehingga akan mendukung stabilitas rupiah dalam jangka pendek ini," pungkasnya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya