BI Siapkan Kuda-Kuda Jaga Nilai Tukar Rupiah

Fathia Nurul Haq
07/3/2017 10:02
BI Siapkan Kuda-Kuda Jaga Nilai Tukar Rupiah
(Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo -- ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

PENGGUNAAN mata uang lokal pada transaksi perdagangan bilateral dengan negara mitra Indonesia akan dioptimalkan menyusul gejolak nilai tukar dolar AS (US$). Teranyar, Indonesia memperpanjang perjanjian penggunaan mata uang lokal (currency swap agreement) dengan Korea Selatan untuk meminimalisir penggunaaan US$.

"Kami melihat ini suatu arrangement yang nantinya akan membuat pengembangan ekonomi dari kedua negara semakin baik. Kami yakini perdagangan dan investasi itu akan lebih berkembang didukung oleh kemungkinan pembiayaan ataupun pembayaran menggunakan local currency," jelas Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo ditemui usai mengikuti konferensi pers Panitia Seleksi Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) di Aula Mezanine, Kemenkeu, Jakarta.

Nilai perjanjian disebut-sebut sebesar US$ 9,6 miliar yang berlaku sampai 2020. Menurut Agus, Korea adalah salah satu dari empat negara yang cukup intensif berdagang dengan Indonesia. Dua lainnya, yakni Malaysia dan Thailand juga sudah memiliki kesepakatan serupa yang ditandatangani Desember 2016 lalu. "Sebetulnya ada 4 (negara yang mata uangnya banyak digunakan masyarakat Indonesia), yang satu lagi dengan Australia," imbuhnya.

Bukan hanya dengan empat negara yang memiliki neraca besar dengan Indonesia itu, Agus juga mengurai Indonesia sudah punya Bilateral Swap Agreement (BSA) dengan 10 negara anggota Association of South East Asian Nation (ASEAN). Indonesia juga punya kesepakatan yang lebih spesifik dengan Tiongkok terkait penanganan krisis, terutama disebabkan oleh US$.

"Fasilitas dengan Tiongkok itu fasilitasnya bukan hanya meliputi untuk dukung perdagangan tetapi juga berjaga-jaga kalau terjadi krisis sehingga ini jadi suatu produk lebih besar lagi," terang Agus.

Tidak menutup kemungkinan akan ada lebih banyak kesepahaman serupa dengan negara-negara lain yang kini masih dalam tahap penjajakan. Kuda-kuda yang kuat, lanjut Agus, harus segera dipancangkan menilik pernyataan-pernyataan terbaru dari para anggota Federal Open Market Commitee (FOMC) yang mengisyaratkan penyesuaian suku bunga acuan Federal Reserve (Fed Funds Rate/FFR) akan terjadi lebih cepat.

Agus berpendapat peluang penyesuaian dilakukan pada rapat bulan ini sudah mencapai 94%. Jika demikian terjadi tentu akan ada dampak pada perekonomian negara-negara di dunia serta efek nilai tukat dolar yang menguat atas semua mata uang.

Kuda-kuda yang dibangun, imbuhnya, bukan hanya dengan kesepakatan diversifikasi nilai tukar saja, melainkan kewajiban penggunaan rupiah serta lindung nilai dengan bank domestik yang masa peralihannya akan berakhir paruh kedua tahun ini.

Menurut Agus saat ini sudah ada 5 bank dari kelompok usaha (BUKU) IV dan III yang sudah siap dengan produk derivatifnya untuk memfasilitasi lindung nilai.

"Saya sambut baik bank yang sudah tawarkan fasilitas derivative maksudnya tidak hanya swap yang plain vanilla, tapi termasuk juga yang currency swap seperti call spread lebih banyak bank," ujar Agus.

"Kami sudah fasilitasi pertemuan bank itu dengan calon nasabah yang akan perlu hedging dan kami sudah ada kesepakatan dengan otoritas termasuk auditor dan penegak hukum terkait pemahaman hedging itu usaha lindung nilai yang bisa diterima karena itu sejalan dengan global practice dan bisa diterima oleh BI," sambung Agus.

Pihaknya juga tidak menutup mata masih banyak korporasi yang belum melakukan lindung nilai pada bank domestik. Namun, Agus memilih optimistik alasannya lantaran perjanjian yang sebelumnya belum jatuh tempo sehingga belum dialihkan kepada bank domestik.

"Kami yakini bahwa kontrak yang dilakukan korporasi itu memang ada yang belum jatuh waktu, kalau nanti jatuh waktu mereka akan perpanjang dan dilakukan di bank dalam negeri," imbuh Agus.

Sejauh ini, Agus mengatakan, kuda-kuda yang dipancangkan Bank Indonesia masih cukup kokoh. Salah satu indikasikasinya ialah tingkat cadangan devisa yang masih tinggi. Januari lalu tercatat cadangan devisa Indonesia US$ 116 miliar. Jumlah itu dipastikan akan terus meningkat menilik banyaknya valuta asing yang masuk melalui kunjungan wisatawan mancanegara maupun kunjungan kenegaraan.

Hal lain yang memengaruhi devisa, lanjut Agus, juga penerimaan dari minyak dan gas yang harganya ada dalam tren naik. Selain itu, tercatat tingkat arus modal masuk Februari 2017 mencapai Rp26 triliun.

"Secara umum yang utama adalah penerimaan valas dari migas kita, kemudian dari inflow. Sampai Februari inflow mencapai Rp26 triliun dan itu apabila diserahkan valasnya ke BI ya tentu akan membuat cadangan devisa meningkat," sebutnya.

Pada keterangan terpisah, Kepala Ekonom Bank Mandiri Anton Gunawan memuji ketrampilan BI mengelola resiko moneter sehingga fluktuasi nilai tukar rupiah relatif stabil di tengah spekulasi yang memanas pada tataran global. Rupiah tercatat diperdagangkan pada kisaran Rp13.300-Rp13.350 saja kendati gejolak pasar global berkecamuk jelas rapat FOMC.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya