Indikator Transportasi Berkelanjutan Perkotaan Terukur Jelas

Antara
02/3/2017 18:12
Indikator Transportasi Berkelanjutan Perkotaan Terukur Jelas
(MI/Arya Manggala)

TRANSPORTASI perkotaan yang berkelanjutan harus berefisiensi tinggi dari segi biaya dan waktu serta ramah lingkungan.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengemukakan hal tersebut dalam sambutannya pada acara yang membahas indeks angkutan perkotaan berkelanjutan, di Jakarta, Kamis (2/3). Acara yang digagas Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) bersama dengan United Nation-Economics and Social Commisions for Asia and the Pacific (UN-ESCAP) sebuah badan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu tengah merumuskan indeks angkutan perkotaan berkelanjutan.

"Indeks angkutan perkotaan berkelanjutan dinilai penting agar pemerintah memiliki standar. Kita harus tahu supaya kita punya batasan atau achievement (capaian) yang harus dilakukan," kata Budi. Dengan adanya 25 perwakilan negara di wilayah Asia Pasifik, Menhub berharap bisa memberikan masukan-masukan terkait indikator yang akan dinilai dalam indeks angkutan perkotaan berkelanjutan.

Jakarta dan beberapa kota di Indonesia, menurut Budi, sudah menginisiasi kegiatan tersebut, seperti dengan pembangunan light rail transit (LRT), mass rapid transit (MRT) dan bus rapid transit (BRT). Dari situ, Budi mengatakan, kota-kota yang sedang berbenah bisa mengikuti negara-negara lain yang lebih maju, seperti di China, Korea, Jepang dan Singapura.

Namun demikian Indonesia bukanlah hanya mengikuti negara-negara lain, sudah seharusnya memiliki inisiatif yang kuat untuk mengembangkan tansportasi yang berkelanjutan secara mandiri.

Dalam kesempatan sama, Ketua Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Elly Adriani Sinaga mengatakan bersama dengan UN-ESCAP pihaknya akan menentukan indikator-indokator untuk pengukuran indeks tersebut.

"Sekarang kita mau menyepakati indikator apa untuk kota yang sustainable (berkelanjutan), berapa angkutan umum, berapa jumlah sepeda motor, kalau banyak 'kan enggak sustainable," katanya.
Selain itu, lanjut dia, Indonesia juga memiliki komitmen kepada dunia untuk mengurangi kadar karbondioksida (CO2) sebanyak 26 persen di 2020, hingga 15 persen apabila ada bantuan dari pihak luar dan perkembangannya diukur setiap tahun.

Elly menjelaskan dengan adanya indeks tersebut bisa memberikan panduan kepada setiap negara terkait manajemen transportasi perkotaan yang benar. "Sehingga, kita enggak salah jalan, di sini kita lihat kebijakan dunia, kita sudah bangun macam-macam, kalau mengaturnya tidak benar ini tidak baik, seperti bagaiana menyatukan, mengintegrasikan angkutan umum, ini bukan suatu yang gampang," ucapnya.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya