Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KIPRAH PT. Timur Raya Tunggal pada industri asam sulfat cukup mendapat apresiasi. Pabrik yang berlokasi di Tangerang, Banten ini kini menjadi pemasok asam sulfat terbesar di Indonesia.
Bahkan produknya sudah diekspor ke Eropa dan Amerika. "Setiap tahun diproduksi 400 ribu ton asam sulfat. Namun kemudian kami melakukan inovasi-inovasi yang ternyata dibutuhkan pasar dunia. Inovasi yang kami lakukan pada 2015 adalah asam sulfat untuk diubah menjadi alkaline khusus untuk meningkatkan grade pada baterai," ujar Halim Chandra, Operation Director PT Timur Raya Tunggal, beberapa waktu lalu.
Perusahaannya yang berdiri pada 1970 dengan memproduksi sabun colek itu, berkembang menjadi produsen asam sulfat. "Pada 2000, produk kami sudah berlabel SNI (Standardisasi Nasional Indonesia). Artinya produk kami ini sudah memenuhi standar nasional. Dan saat diekspor justru lebih mudah, karena sudah ada jaminan produk tersebut telah memenuhi standar," terang Halim.
Inovasi lainnya adalah asam sulfat teknis dan asam sulfamat yang biasa digunakan sebagai bahan pemanis. Kemudian alumunium sulfat untuk digunakan sebagai water treatment air minum, pembuatan es untuk membekukan ikan asin. Di sektor pertanian, asamu sulfat untuk pupuk ZA, pupuk NPK dan pupuk ZK.
Diakui Halim, dengan berlabel SNI ini cukup melegakan bagi perusahaannya. Sebab sebelum berlabel SNI, saat melakukan ekspor selalu ditanya negara-negara penerima produknya. "Mereka selalu tanya apa sudah memenuhi standar, mutunya seperti apa. Itu itu saja yang ditanyakan. Namun setelah kami mendaftarkan diri untuk mengikuti standar yang ditetapkan Badan Standardisasi Nasional, dan dilakukan uji standar, kepercayaan para klien baik di dalam negeri maupun luar negeri terus meningkat. Ini menguntungkan kami," tambahnya.
Adanya standardisasi untuk asam sulfat ini juga sebagai pelindung (proteksi) untuk produk-produk yang menggunakan bahan kimia tersebut dari gempuran bahan yang sama tetapi impor. "Jadi SNI untuk proteksi produk dalam negeri. Banyaknya produk asam sulfat impor yang masuk ke Indonesia, harus memenuhi standar yang ditetapkan sesuai aturan. Kalau tidak memenuhi pasti tidak boleh masuk. Jadi ini sisi keuntungannya, produk dalam negeri juga terlindungi," kata Halim.
Kiprah perusahaan itu menjadi perusahaan pioner di bidang standardisasi, BSN pun menunjuk PT Timur Raya Tunggal sebagai mentor untuk melatih perusahaan-perusahaan lain agar sadar SNI.
Kepala BSN, Bambang Prasetya saat mengunjungi pabrik asam sulfat dalam rangka bulan standardisasi nasional, memuji gebrakan yang dilakukan PT Timur Raya Tunggal. "Dengan standardisasi itu membangun mutu produk. Dengan manajemen bagus dan banyaknya inovasi menunjukkan peningkatan ekspor dan dipercaya klien," puji Bambang.
Diakuinya, belum semua produk berlabel SNI karena masih terus dilakukan sosialisasi di lapangan. "Tapi begini ya, kalau sudah berstandar SNI konsumen pun akan terlindungi. Konsumen akan merasa aman. Selain itu dengan adanya standar, negara ini tidak sembarangan dibanjiri impor produk yang tidak berkualitas. Semua produk harus sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia," tegas Bambang.(OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved