Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KEINGINAN masyarakat untuk mendapat suku bunga kredit yang murah--di luar program kredit usaha rakyat (KUR)--masih sulit. Pasalnya, bank masih cenderung mempertahankan margin suku bunga (nett interest margin) tinggi kendati otoritas moneter dan otoritas perbankan mati-matian berupaya merelaksasi suku bunga.
Bahkan, pada 2016 sejumlah perbankan justru mencatatkan kenaikan NIM di tengah upaya mempertahankan profit yang tergerus oleh pencadangan untuk kredit bermasalah.
Hal itu setidaknya tecermin pada laporan keuangan tahunan bank umum kelompok usaha (BUKU IV). PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, umpama. BRI mencatat ke-naikan NIM yang melebihi target, yakni mencapai 8,4%. Padahal di awal 2016, bank yang menyasar segmen mikro tersebut hanya menargetkan NIM 8%.
Dengan NIM itu, BRI membukukan Rp65,7 triliun dari pendapatan bunga bersihnya atau tumbuh 16,27% dari 2015. Adapun laba bersih BRI 'hanya' naik 2,18% menjadi Rp25,6 triliun. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) gros menjadi 2,03%.
Direktur Keuangan BRI Haru Kusumahargyo mengatakan pihaknya tentu akan mengupayakan NIM turun tahun ini. Targetnya ialah NIM BRI tahun ini akan berada pada 7,8%.
"Menurunkan margin memang salah satu cara agar bunga pinjaman menarik, ini kan bagian dari persaingan," ucap Haru saat dihubungi Media Indonesia, medio pekan lalu.
Bank Mandiri juga membukukan kenaikan NIM dari 6,08% di 2015 menjadi 6,44% tahun lalu. Adapun rasio NPL grosnya menjadi 4%.
Di sisi lain, PT Bank Central Asia (BCA) Tbk mengantongi NIM hingga akhir 2016 sebesar 6,9%. Sejak medio 2015, salah satu dari sedikit bank swasta berpredikat BUKU IV itu mencatatkan NIM di kisaran 6,6%-7%. Sejumlah bank lain, seperti Bank CIMB Niaga ataupun Bank Danamon pun mengalami kenaikan NIM.
Pengamat ekonomi Tony Prasetiantono mengatakan tren kenaikan NIM pada 2016 terjadi karena kecepatan turun suku bunga deposito tidak selaras dengan suku bunga kredit. "Suku bunga deposito turun akibat inflasi rendah dan suku bunga acuan diturunkan BI, tapi suku bunga kredit tidak turun secepat itu," ucapnya.
Menurut dia, lambannya penurunan suku bunga kredit masih disebabkan mekanisme pasar dan tren NPL yang meningkat pada tahun lalu. Prakiraan Tony, inflasi yang cenderung naik pada 2017 akan membuat penurunan suku bunga bank kian tertahan.
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo mengimbau bank-bank, bukan hanya BUKU IV, untuk tidak pilih kasih mengikis bunga simpanan mereka, tapi tetap menahan suku bunga pinjaman.
Sesuai alur kebijakan moneter yang melonggarkan BI 7 Days Reverse Repo Rate 150 bps beserta giro wajib minimum (GWM) 150 bps, ia berharap semestinya transmisi penurunan suku bunga berjalan seimbang.
"Harus kita perhatikan bahwa NIM dari tahun ke tahun meningkat. Jadi, sean-dainya (laba) tidak terlalu tumbuh, NPL meningkat, kemudian kredit tumbuh tidak tinggi, harusnya NIM tidak sebanyak sekarang," komentarnya baru-baru ini.
Eks menteri keuangan itu mengatakan fenomena tersebut perlu dikaji lebih mendalam. "Kita mau meyakinkan secara umum industri perbankan sehat, tapi nasabah tetap mendapat pelayanan yang baik," imbuhnya.
Dalam catatan BI, sejak awal 2016 hingga akhir Januari 2017, rata-rata bunga deposito tercatat sudah turun 128 basis poin (bps), sedangkan rata-rata bunga kredit baru turun 78 bps.(E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved